
MasRizky – Sebagian orangtua mungkin mengabaikan momen penting seperti membaca buku kepada anak-anaknya karena beragam sebab. Tetapi, apakah Anda tahu bahwa kegiatan yang mudah ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan mereka?
Menurut laporan yang diperoleh dari Inc.com, hasil survei terkini oleh Nielsen bersama dengan HarperCollins di Inggris mengindikasikan adanya penurunan mencolok pada rutinitas membaca buku untuk anak-anak pra-sekolah.
Tahun 2012, 64% dari para orangtua secara konsisten menceritakan kisah kepada anak-anak mereka. Akan tetapi, dalam penelitian paling baru-baru ini, angka tersebut jatuh dengan tajam hingga mencapai hanya 41%. Hanya 40% peserta yang merasakan bahwa aktivitas itu merupakan hal yang menyenangkan.
Penurunan tersebut tak cuma disebabkan oleh kurangnya ketertarikan saja. Satu per tiga responden yang merupakan orang tua mengungkapkan keinginan mereka akan adanya lebih banyak waktu untuk menceritakan kisah dalam buku.
Kegiatan harian yang begitu sibuk sering kali mengakibatkan banyak keluarga tidak meluangkan waktu untuk bercerita sebelum tidur. Namun, beberapa pakar pendidikan serta temuan penelitian terbaru dalam neurosains sangat menganjurkan kebiasaan membaca buku bersama sebagai bagian dari jadwal reguler si anak.
Menurut studi terkini, menceritakan kisah dari sebuah buku tak sekadar mengenalkan si kecil dengan alam imajinasi tulisan, melainkan juga mendukung pertumbuhan fisik dan perasaan mereka.
Keuntungan Jangka Panjang dari Rutinitas Membaca bersama
Membiasakan diri menceritakan buku kepada anak tak sekadar mengenalkan mereka dengan kata-kata dan narasi, namun juga menciptakan rasa suka terhadap kegiatan baca-menulis.
Alison David, kepala penelitian konsumen dari HarperCollins, berbicara dengan The Guardian dan berkata, "Membacakan buku pada anak-anak dapat menjadikan proses belajar membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan. Ini sangat disayangkan ketika melihat bagaimana banyak anak tumbuh besar tanpa memiliki pengalaman bercerita atau membaca yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka."
Menurut dia, tanpa memiliki pengalaman yang menyenangkan ini, anak cenderung akan menautkan aktivitas membaca dengan kewajiban belajar di sekolah.
Suatu penelitian oleh Universitas Cambridge mengamati informasi dari 10.000 remaja di AS yang berada dalam rentang usia antara 9 sampai 13 tahun.
Penelitian ini mengungkapkan adanya ikatan yang signifikan antara rutinitas membaca untuk hiburan sejak dini dengan peningkatan fungsi kognitif, well-being emosional, serta pencapaian pendidikan pada masa remaja.
Anak-anak yang lebih gemar membaca untuk hiburan cenderung mencapai skor ujian yang lebih baik serta kurang berisiko terhadap gangguan kesehatan mental. Hasil penelitian ini berlaku secara merata di antara anak-anak dengan beragam latar belakang, tidak peduli sejauh mana tingkat pendidikan orang tua atau kekayaan rumah tangga mereka.
Perbedaan dalam Kegiatan Otak saat Memahami Cerita dari Orang Nyata dibandingkan dengan yang Ada di Layar
Pada suatu studi yang dipublikasikan dalam jurnal Developmental Science, tim peneliti memanfaatkan teknologi fNIRS atau spektrofotometri dekat inframerah fungisional untuk menganalisis kegiatan otak pada 28 buah hati anak usia pra sekolah.
Anak-anak tersebut diajukan dengan dua situasi: mendengarkan cerita yang dibacakkan secara langsung oleh orang dewasa, serta mendengarkan narasi yang serupa namun dengan melihat ilustrasinya pada layar.
Walaupun narasi kisahnya sama, hasil pemeriksaan otak mengungkapkan variasi yang signifikan. Ketika anak diajak mendengar bacaan dari seorang manusia, area dalam otak bernama simpul tempo-parientalis kanan akan teraktivasi.
Bagian ini memiliki kapabilitas untuk mengamati orang lain serta memahami perasaan mereka. Akan tetapi, saat kisah diceritakan melalui layar, area otak itu tak menampilkanaktivitas yang sama seperti ketika mendengarkan narasi secara langsung.
Di halaman PsyPost disebutkan, "Temuan ini mengindikasikan bahwa berinteraksi secara langsung saat membaca bisa mendukung pembentukan rute syaraf yang vital untuk komunikasi dan empati."
Penemuan ini memberikan lebih banyak bukti bahwa berbagai metode narasi mungkin mempengaruhi pertumbuhan otak anak pada tahap awal dengan intensitas yang berbeda.
Kekuatan Meluangkan Waktu bagi Kegiatan Membaca
Membaca ulang buku seperti "The Hungry Caterpillar" bisa jadi membosankan. Tetapi, studi mengungkapkan bahwa aktivitas simpel ini menyediakan stimulasi otak yang tak tertandingi oleh aplikasi cerita ataupun peranti digital lainnya.
Menceritakan kisah kepada anak-anak tak sekadar menggagas kebiasaan bermuatan positif seputar membaca, melainkan turut mendorong pertumbuhan dan pengembangan otak mereka.
Penelitian-penelitian ini mengindikasikan bahwa tugas-tugas tertentu mempunyai fungsi tersendiri dalam mendewasakan kecakapan intelektual, rasa simpati, serta kesejahteraan psikologis si anak untuk kedepannya.
Post a Comment