KABAR BANTEN - Nurul Anriani, salah satu dari tujuh anak pasangan Rulam Rolib (alm.) dan Nurma, sukses mengambil alih peran sang bapak dalam dunia pendidikan walaupun hal tersebut tidak semula diharapkan atau dibayangkan sejak kecil.
Akan tetapi, ia sukses menanjak hingga berada di posisi paling atas sebagai guru teladan dan kemudian dilantik sebagai Professor di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ( Untirta ) yang beralamat di Propinsi Banten.
Pertama kali saya masuk ke Fakultas MIPA di Unila, sebenarnya tak punya ambisi untuk jadi pengajar atau dosen. Malahan, tujuanku adalah bekerja di perkantoran," ungkap Nurul yang telah meraih gelar doktoral dan baru-baru ini dilantik sebagai Guru Besar Untirta pada hari Rabu, tanggal 11 Juni 2025.
Akan tetapi, nasib berkejaran mengarah ke arah yang lain; usai menyelesaikan Sarjana (S1) di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung (Unila), Anriani memutuskan untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pengajar di Propinsi Banten.
Sesudah menyelesaikan pendidikannya, terdapat penerimaan CPNS di Banten dan dia berupaya mendaftarkan diri sebagai dosen. Syukur alhamdulillah berhasil diterima," ungkap seorang perempuan yang lahir di Pringsewu pada tanggal 19 Januari 1982.
Ternyata, ketika diberitahu tentang kelulusannya dan penerimaan dirinya sebagai dosen di Untirta pada tahun 2006, bapaknya tak mengira bahwa salah satu putranya akan melanjutkan jejak karirnya sebagai pendidik.
"Ayah pun tidak berharap aku menjadi seorang guru, tetapi dia menginginkan salah satu dari kami untuk melanjutkan jejak sebagai pendidik. Syukur alhamdulillah, tanpa disangka-sangka aku diterima sebagai dosen di FKIP Untirta pada tahun 2006," katanya.
Keuletan bapaknya menjadi inspirasi dan sumber energi utamanya dalam meraih kesuksesan hingga berada di posisi tertinggi seperti sekarang.
Bapak Nurul adalah seorang guru SD yang mengabdi di suatu wilayah di Lampung, dan ia juga terkadang mengerjakan pekerjaan sampingan sebagai fotografer guna memperoleh tambahan dana untuk pendidikan tujuh orang anaknya.
"Bapakku adalah seorang guru di sekolah dasar, sedangkan ibuku fokus pada pengelolaan rumah tangga. Sebenarnya, profesi bapaku hanyalah guru, namun dia juga sesekali bekerja sebagai fotografer paruh waktu untuk menafkahi ketujuh putranya," jelasnya.
Nurul juga sering mengingat nasihat kedua orangtuanya, yang merupakan salah satu sumber motivasinya untuk tetap melanjutkan pendidikannya sampai meraih prestasi tertinggi. Selain itu, ia juga terinspirasi dari keteguhan bapaknya.
Surat wasiat dari bapanya berbunyi, 'Tidak penting orang lain tahu tentang apa yang kita konsumsi, tetapi hal yang krusial adalah orang mengetahui bahwa putranya belajar di mana dan sukses menjadi siapa.'
"Acaran-acaran tersebut yang menjadikan saya teguh berdiri dan terpacu untuk memperbaiki situasi keluarga kami. Kita tidak berasal dari latar belakang ekonomi mapan, melainkan hanya kelompok menengah ke bawah saja. Ibu guru di sekolah dasar dengan tujuh orang anak, namun seluruh ketujuh anaknya sedang mendapatkan pendidikan," katanya.
Ketika merangkul peran sebagai dosen, ia bersumpah untuk mencapai impiannya, di mana puncak prestasi bagi seorang dosen adalah bergelar Guru Besar atau Profesor.
"Mulai dari situ, saya menjalankan tugas tridharma perguruan tinggi, yakni mengajar, mendidik, meneliti, serta memberi pelayanan kepada masyarakat. Semua itu telah direncanakan dengan baik dan memiliki tahapan-tahapan fungsi untuk setiap kali promosi jabatan," ungkapnya.
Proses menuju impian sebagai Guru Besar tidaklah sederhana, Nurul Anriani telah menguras banyak waktu dan tenaga saat mengejar gelarnya sampai berhasil menyelesaikan program Doktor (S3).
"Alhamdulillah, setelah berusaha sangat keras, saya menyelesaikan S2 di UPI dan S3 di UNJ dalam waktu dua tahun delapan bulan sambil bolak-balik tanpa tinggal di asrama," ujarnya.
Meskipun dia meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, Nurul melewatkan banyak saat bersama keluarganya, terutama periode perkembangan anak-anaknya.
Pagi-pagian, dia pergi ke kampus, dan saat kembali telah memasuki waktu malam yang pekat, si anak itu terlelap dalam tidurnya.
"Saya tidak bisa membesarkan anak-anak dengan baik. Namun, di balik kesulitan tersebut, kedua anak dan juga suami selalu memberi dukungan dalam usaha saya. Syukur alhamdulillah pada tahun 2025 nanti, setelah 19 tahun berdedikasi, akhirnya saya berhasil meraih gelar tertinggi sebagai dosen professor," ujarnya.
Dia juga menginginkan agar sebagaimana mestinya bagi seorang profesor dan pendidik dalam tridharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, pengabdi masyarakat, serta penelitian, semuanya harus selaras dengan keahlian di bidangnya. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti evaluasi, proses belajar mengajar, dan riset pendidikan.
"Di sini, maksud saya adalah mengingatkan para guru agar lebih memahami kepribadian siswa-siswanya, termasuk keadaan mereka, sifat dasar, serta hobi dan minat yang dimiliki. Dengan begitu, saat guru melakukan penilaian atau evaluasi, hal tersebut akan cocok dengan kapabilitas dan ciri khas setiap individu," jelasnya.
Pendidikan oleh Prof. Dr. Nurul Anriani, S.Si., M.Pd :
- SD Negeri Pringsewu 1 Lampung
- SMP Negeri 1 Pringsewa Lampung
- SMA Negeri 1 Pringsewu Lampung
- S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Lampung (Unila)
- Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia S2
- S3 Riset dan Assessmen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Post a Comment