Sistem penggunaan ulang dan pengembalian bisa membantu mengurangi pencemaran plastik dalam waktu 15 tahun, menurut laporan tersebut.

Trust Pew yang berjudul Breaking The Plastic Wave 2025. Penelitian ini menemukan polusiplastik akan meningkat dua kali lipat secara global pada tahun 2040 jika tidak ada tindakan yang dilakukan.

Penelitian terbaru yang penting menunjukkan bahwa 66 juta ton polusi dari kemasan plastik yang masuk ke lingkungan global setiap tahun bisa dihilangkan hampir seluruhnya pada tahun 2040, terutama melalui sistem penggunaan ulang dan pengembalian.

Dalam studi terluas mengenai sistem plastik global, Pew Charitable Trusts bekerja sama dengan para akademisi, termasuk dari Imperial College London dan Universitas Oxford. "Plastik, bahan yang dulu dianggap revolusioner dan modern, kini mengancam kesehatan masyarakat, perekonomian dunia, serta masa depan planet ini," kata penulis laporan tersebut, sebagaimana dilaporkan.The Guardian.

Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, pencemaran plastik akan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 15 tahun mendatang menjadi 280 juta metrik ton per tahun. Jumlahsampah plastikini setara dengan satu truk sampah yang penuh dengan plastik yang dibuang setiap detik. Sebagian besar limbah tersebut berasal dari kemasan.

Ini akan merusak berbagai aspek kehidupan; mulai dari ekonomi, kesehatan masyarakat, hingga kerusakan lingkungan.

"Perkembangan yang cepat ini dapat mengancam kesehatan dan penghidupan manusia melalui peningkatan tingkat pencemaran tanah, air, dan udara, paparan bahan kimia beracun, serta risiko penyakit, serta menyebabkan tingkat konsumsi dan ketergantungan yang lebih besar pada spesies lain, yang mengakibatkan lebih banyak hewan mengalami penyakit, cedera, dan kematian," ujar para penulis.

Peningkatan Produksi Berjalan Lebih Cepat Dibandingkan Pengelolaan Sampah Plastik

Produksi plastik yang berasal dari bahan bakar fosil diperkirakan akan naik sebesar 52% dari 450 juta ton pada tahun ini menjadi 680 juta ton pada tahun 2040. Pertambahan produksi plastik berjalan dua kali lebih cepat dibandingkan perkembangan sistem pengelolaan limbah di seluruh dunia.

Industri kemasan, yang menghasilkan produk seperti film plastik, tas, botol, dan kotak makanan, berkontribusi pada peningkatan produksi plastik. Laporan tersebut menyebutkan bahwa sektor kemasan menggunakan lebih banyak plastik dibandingkan industri lainnya pada tahun 2025 dan akan tetap demikian hingga tahun 2040.

Sumber utama sampah plastik di seluruh dunia berasal dari kemasan yang hanya digunakan sekali dan kemudian dibuang. Mayoritas kemasan tersebut tidak bisa dipulihkan kembali. Pada tahun 2025, kemasan berkontribusi sebesar 33% dari total sampah plastik global, menyebabkan 66 juta ton polusi masuk ke lingkungan setiap tahunnya.

Namun, pencemaran kemasan hampir bisa dihilangkan melalui tindakan bersama seperti "Sistem Pengembalian dan Penggunaan Ulang" di mana pelanggan membawa kotak kosong atau gelas yang bisa diisi ulang ke toko kelontong dan kafe. Penelitian Pew Charitable Trusts menyatakan bahwa jika digabungkan dengan larangan penggunaan polimer tertentu serta penggantian plastik dengan bahan lain, pencemaran plastik dapat dikurangi hingga 97% dalam 15 tahun mendatang.

"Kita mampu mengubah situasi ini, dan hampir menghilangkan polusi plastik dari kemasan," ujar Winnie Lau, direktur proyek pencegahan pencemaran plastik di Pew Foundation.

Menurutnya, terdapat dua alat utama yang mampu menurunkan polusi dari kemasan plastik hingga 97% pada tahun 2040. Yang paling signifikan adalah sistem penggunaan kembali dan pengembalian, yang dapat mengurangi dua pertiga polusi. Yang kedua adalah pengurangan produksi plastik untuk kemasan serta penggunaan bahan alternatif seperti karton, kaca, logam, serta larangan terhadap beberapa jenis polimer.

Bahaya Kesehatan yang Ditimbulkan oleh Polusi Plastik

Selain merusak lingkungan, interaksi manusia dengan plastik – mulai dari anak-anak yang bermain mainan hingga individu yang tinggal dekat pabrik petrokimia – menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

"Produk plastik mengandung lebih dari 16.000 bahan kimia yang ditambahkan secara sengaja serta berbagai zat pencemar yang tercampur secara tidak sengaja," demikian seperti dalam laporan tersebut.

Penelitian telah menghubungkan berbagai bahan kimia ini dengan berbagai dampak kesehatan, termasuk gangguan hormon, penurunan kemampuan reproduksi, berat badan lahir yang rendah, perubahan kognitif dan perkembangan lain pada anak-anak, diabetes, serta meningkatnya risiko penyakit jantung dan kanker.

Emisi gas rumah kaca tahunan dari sistem plastik global diperkirakan akan naik dari 2,7 GtCO2e (gigaton CO2 ekuivalen) pada tahun 2025 menjadi 4,2 GtCO2e pada tahun 2040, meningkat sebesar 58%. Jika produksi plastik dianggap sebagai sebuah negara, emisinya akan setara dengan negara yang menghasilkan emisi terbesar ketiga pada tahun 2040, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.

Namun, perubahan tetap bisa terjadi. Jika ada tindakan dalam pengelolaan limbah, pengurangan produksi, serta sistem daur ulang dan pengembalian kembali dilakukan, pencemaran plastik dapat dikurangi hingga 83%, emisigas rumah kacasebesar 38%, serta dampak kesehatan hingga 54%. Hal ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah global sebesar US$ 19 miliar (Rp 316,95 triliun) setiap tahun untuk pengumpulan dan pembuangan plastik pada tahun 2040.

Harapan masih ada," ujar Tom Dillon dari Pew Charitable Trusts. "Komunitas global mampu membangun kembali sistem plastik dan mengatasi masalah pencemaran plastik dalam satu generasi, tetapi para pengambil keputusan perlu memberi prioritas pada manusia dan bumi ini.

Post a Comment

Previous Post Next Post