
Pertemuan Jokowi dan Prabowo di Kertanegara: Tanda Konsolidasi Politik yang Kuat
Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, mengadakan pertemuan dengan Presiden RI Prabowo Subianto di kediaman pribadi Jokowi di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, pada Sabtu (4/10) siang. Pertemuan yang berlangsung hampir dua jam ini menjadi momen penting dalam dinamika politik nasional. Kedua tokoh besar yang dulu bersaing dalam pemilihan presiden kini menunjukkan hubungan yang semakin harmonis.
Menurut keterangan Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, pertemuan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB dan berlangsung hingga menjelang pukul 15.00 WIB. Meski tidak diungkapkan detail agenda maupun isi pembicaraan, Syarif menyebut bahwa suasana pertemuan sangat santai dan penuh keakraban. Hal ini mencerminkan kedekatan personal yang tetap terjaga antara keduanya meski kini berada dalam posisi berbeda di pemerintahan.
Pertemuan ini menjadi yang pertama sejak Juli lalu, ketika Presiden Prabowo menyambangi kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah. Dalam kunjungan tersebut, keduanya berbincang sekitar 40 menit dan kemudian menikmati makan malam sederhana dengan menu khas bakmi jawa — momen yang menjadi sorotan publik karena kehangatannya.
Dalam pertemuan sebelumnya di Solo, Prabowo sempat memaparkan hasil lawatan kenegaraannya ke sejumlah negara Eropa dan Amerika Selatan. Ia menjelaskan kepada Jokowi mengenai keberhasilan Indonesia menyelesaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Uni Eropa (I-EU CEPA), sebuah pencapaian diplomatik yang akhirnya rampung setelah satu dekade negosiasi. “Saya ceritakan beliau tentang terobosan yang kita dapat kemarin, terutama dengan Uni Eropa. Sepuluh tahun perundingan akhirnya tembus,” kata Prabowo kala itu kepada wartawan. Ia menambahkan bahwa Jokowi tampak mengikuti perkembangan diplomatik tersebut dengan antusias.
Selain membahas kerja sama ekonomi, Prabowo juga memaparkan pengalamannya hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Brazil, serta pertemuan bilateralnya dengan Presiden Lula da Silva. Dalam rangkaian kunjungan luar negeri tersebut, ia juga bertemu dengan sejumlah pemimpin Eropa di London, Belgia, Prancis, dan Belarus.
Sumber di lingkaran pemerintahan menyebut, pertemuan terbaru di Kertanegara kali ini kemungkinan membahas kesinambungan program pembangunan, hubungan luar negeri, serta situasi ekonomi nasional menjelang akhir tahun fiskal. Namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari Istana maupun Kementerian Sekretariat Negara.
Pengamat politik menilai pertemuan ini sebagai sinyal konsolidasi politik yang kuat antara dua figur paling berpengaruh di Indonesia. “Keduanya tampak menjaga komunikasi intensif. Ini bukan sekadar silaturahmi, tapi bisa dibaca sebagai langkah memperkuat stabilitas politik nasional,” ujar pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ahmad Fadhli.
Hubungan Jokowi dan Prabowo memang telah menjadi simbol rekonsiliasi politik pasca dua pemilihan presiden yang penuh rivalitas. Sejak Jokowi mengajak Prabowo bergabung dalam kabinetnya pada 2019, keduanya kerap terlihat bersinergi dalam berbagai kebijakan strategis, terutama di bidang pertahanan dan pembangunan nasional.
Meski kini Jokowi tidak lagi menjabat sebagai presiden, perannya dalam arena politik Indonesia tetap kuat. Ia masih menjadi figur berpengaruh, baik di kalangan partai politik maupun di mata masyarakat. Pertemuannya dengan Prabowo, yang kini memimpin pemerintahan, menegaskan kesinambungan kepemimpinan di tengah transisi politik.
Belum diketahui apakah keduanya juga membahas posisi Indonesia dalam forum-forum internasional, termasuk kelanjutan komitmen terhadap BRICS dan I-EU CEPA yang menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi luar negeri Indonesia.
Bagi publik, momen Jokowi dan Prabowo duduk bersama selalu menarik perhatian — bukan hanya karena simbol persahabatan dua mantan rival, tetapi juga karena menjadi penanda arah kebijakan dan stabilitas politik negeri ini. Seperti pada pertemuan sebelumnya di Solo, banyak yang berharap kehangatan di Kertanegara kali ini kembali membawa dampak positif bagi iklim politik dan ekonomi Indonesia.
Post a Comment