Sudirman, salah satu tokoh militer Indonesia yang terkenal, memiliki latar belakang yang sangat kuat dalam membentuk pribadinya. Dalam biografi resmi yang dirilis Pusat Sejarah TNI, terdapat berbagai cerita mengenai peran Hizbul Wathan (HW) dalam membangun kepribadian Jenderal Besar Sudirman sejak masa remajanya.
Kehadiran Hizbul Wathan dalam Kehidupan Sudirman Muda
Pada masa muda, Sudirman aktif sebagai anggota Hizbul Wathan, organisasi kepanduan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Melalui kegiatan ini, bakat kepemimpinan Sudirman mulai terlihat. Ia dikenal sebagai pandu yang disiplin, bertanggung jawab, serta memiliki rasa cinta terhadap alam.
Secara umum, ada tiga kegiatan utama yang diikuti oleh Sudirman saat menjadi anggota HW, yaitu:
Pendidikan rohani – Kegiatan ini memberikan dasar spiritual dan nilai-nilai keagamaan yang kuat.
Pelatihan jasmani – Memberikan kesiapan fisik dan mental untuk menghadapi tantangan hidup.
Karya bakti* – Kegiatan sosial yang melibatkan partisipasi langsung dalam berbagai program kemasyarakatan.
Salah satu contoh karya bakti yang dilakukan Sudirman adalah partisipasinya dalam Majelis Penolong Kesengsaraan Oemat (kini PKU) Muhammadiyah. Bersama rekan-rekannya, ia aktif dalam mengumpulkan zakat, menyediakan penyelenggaraan shalat id, menyembelih hewan kurban, dan membagikan daging kepada warga. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran sosialnya, tetapi juga memperkuat ikatan kebersamaan dan tanggung jawab terhadap sesama.
Peristiwa Penting Saat Perkemahan di Lereng Batur
Ada satu kisah menarik yang terjadi saat Sudirman mengikuti perkemahan pandu HW di Lereng Batur, daerah Dieng Wonosobo. Pada saat itu, suasana ekstrem menguji ketangguhan para peserta. Menjelang malam, hujan deras turun dan udara menjadi sangat dingin. Banyak rekan-rekan Sudirman yang meminta izin untuk pindah tenda atau pulang ke rumah penduduk. Namun, Sudirman tetap berada di dalam tenda.
Seorang kawannya yang bertugas menjaga malam sempat mendengar lantunan bacaan ayat Kursi dari dalam tenda Sudirman. Setelah itu, ia terlihat mengenakan baju hangat dan melaksanakan shalat malam. Perilaku ini menunjukkan keteguhan imannya dan ketekunan dalam menjalankan ibadah, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit.
Terjun ke Dunia Dakwah
Hizbul Wathan juga menjadi awal bagi Sudirman muda untuk terlibat dalam dunia dakwah sebagai kader Muhammadiyah. Keaktifannya dalam organisasi tersebut tercatat dalam Pemuda Muhammadiyah. Pada tahun 1937, ia menjadi wakil Pemuda Muhammadiyah wilayah Banyumas.
Di Pemuda Muhammadiyah, kecakapan Sudirman dalam berdakwah semakin terasah. Salah satu saksi mata, Hardjomartono, memberikan kesaksian bahwa Sudirman sering berdakwah di berbagai daerah sekitar Banyumas, termasuk Rawalo. Dalam sebuah percakapan, Sudirman pernah menyampaikan pesan penting kepada pemuda Muhammadiyah:
“Wahai para pemuda Muhammadiyah! Ada dua pilihan penting dalam kehidupan yang kita jalani saat ini. Pertama, iskhariman, yakni hidup yang mulia. Yang kedua, musyahidan, yakni mati syahid. Kalian memilih yang mana?”
Ia menjelaskan bahwa jika memilih iskhariman, maka harus selalu beribadah dan berjuang untuk agama Islam. Sementara itu, jika memilih musyahidan, maka harus berjuang melawan setiap bentuk kebatilan dan memajukan Islam.
Dengan demikian, Sudirman menekankan bahwa kedua pilihan tersebut saling seimbang dan bisa memberikan makna yang sama jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. Ia menyoroti bahwa musuh utama saat itu adalah penjajahan, sehingga pemuda harus siap berjuang dan bahkan bersedia syahid demi kemerdekaan.
Post a Comment