Pengalaman Intim dengan Film Dokumenter "Tebing, Tuhan, dan Aku"
Pada Jumat, 3 Oktober 2025, EIGER menggelar sebuah acara yang sangat istimewa, yaitu intimate screening film dokumenter berjudul "Tebing, Tuhan, dan Aku". Acara ini dihadiri langsung oleh tokoh utama dalam film tersebut, yaitu Harry Suliztiarto dan Mamay S. Salim. Film ini mengisahkan perjalanan hidup Harry Suliztiarto, seorang pionir panjat tebing Indonesia, serta bagaimana ia membentuk komunitas Skygers.
Film ini tidak hanya tentang petualangan fisik, tetapi juga tentang filosofi dan pengalaman batin yang mendalam. Judul film "Tebing, Tuhan, dan Aku" memiliki makna yang kaya akan makna. Bagi Harry, "Tuhan" muncul di urutan kedua setelah "Tebing", bukan sebagai pengingkaran, melainkan pengakuan bahwa manusia lebih dahulu menghadapi ciptaan-Nya yang besar, yaitu tebing. Dari situ, manusia memohon pertolongan dan keselamatan dari Sang Pencipta sebelum akhirnya memahami eksistensinya.
Pendekatan yang Berbeda
Dini Aristya, sutradara film ini, menjelaskan bahwa pendekatan mereka datang dari sudut pandang orang biasa. Mereka bukan orang-orang yang dekat dengan petualangan, justru itulah kekuatan mereka. Mereka ingin menangkap sisi-sisi lain dari Harry Suliztiarto, seperti kepribadiannya dan hubungan keluarganya, bukan hanya untuk memuji atau mengelu-elukan beliau.
Dalam sesi diskusi setelah screening, banyak informasi menarik yang terungkap. Kang Mamay menceritakan bagaimana ekspedisi EIGER pada tahun 80-an menjadi katalis yang membuat dunia panjat tebing populer di Indonesia. Ini menunjukkan betapa pentingnya momen-momen tersebut dalam sejarah olahraga panjat tebing di tanah air.
Karya yang Menyentuh Hati
Film "Tebing, Tuhan, dan Aku" diprediksi akan menjadi karya penting yang disebut-sebut sebagai antitesis dari istilah strawberry generation. Film ini menyajikan kisah nyata tentang kegigihan, semangat, dan militansi yang dibangun dengan proses panjang. Tidak hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga mental dalam menghadapi kesepakatan sebelum ekspedisi. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Jika meninggal, mayatnya mau dibawa pulang atau ditinggal di sana?" menunjukkan betapa seriusnya para pelaku dalam menjalani tantangan ini.
Film ini menawarkan pengalaman kontemplatif bagi audiens. Mereka akan menyaksikan visual panjat tebing yang menantang, sekaligus pergulatan batin, pertemanan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh sang pionir. Dengan demikian, film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi khalayak luas, termasuk luar komunitas panjat tebing.
Inspirasi dari Karakter Bangsa Indonesia
Film ini diharapkan dapat memberikan inspirasi pada khalayak luas, sebagai pengingat akan karakter bangsa Indonesia yang tangguh. Melalui kisah-kisah nyata yang disampaikan, film ini ingin menunjukkan betapa kuatnya semangat dan tekad yang dimiliki oleh para pionir panjat tebing di Indonesia.
Dengan menggabungkan narasi yang dalam dan visual yang menarik, film "Tebing, Tuhan, dan Aku" mampu menyentuh hati penonton dan mengajak mereka untuk merenungkan arti dari keberanian, ketekunan, dan iman. Ini adalah sebuah karya yang layak ditonton oleh siapa saja yang peduli dengan sejarah dan nilai-nilai budaya Indonesia.
Post a Comment