Peran Benih Unggul dalam Meningkatkan Produktivitas Padi Nasional
Di tengah upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan pentingnya penggunaan benih unggul sebagai kunci peningkatan produktivitas padi nasional. Hal ini disampaikan oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ladiyani Retno Widowati, dalam Festival Panen Padi Komunitas 10 Ton yang diadakan oleh Syngenta Indonesia di Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (4/10/2025). Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk para petani, pengusaha pertanian, dan perwakilan pemerintah.
Ladiyani Retno menjelaskan bahwa kualitas benih menjadi faktor utama dalam keberhasilan produksi padi. “Jika kita bicara tentang pupuk, tanah, atau alat mesin, semuanya penting. Namun, jika benih tidak berkualitas, maka hasil panen tidak akan maksimal,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa Syngenta bersama para breeder telah berupaya menghasilkan benih-benih unggul yang mampu memberikan hasil hingga 13-14 ton per hektare. Sayangnya, rata-rata produktivitas padi nasional saat ini masih berada di kisaran 5,2 ton per hektare. “Artinya masih ada kesempatan untuk meningkatkan hasil panen melalui komponen produksi yang lengkap, termasuk penggunaan pestisida dan biosimulan,” tambahnya.
Sinergi antara Pemerintah dan Swasta
Tenaga Ahli Kementerian PPN/Bappenas, Frans B.M. Dabukke, menegaskan bahwa swasembada pangan, khususnya beras, menjadi prioritas utama pemerintah. Menurutnya, Kementerian PPN/Bappenas memiliki peran dalam mensinkronisasi arah program lintas kementerian dan lembaga, termasuk mendukung Kementan dalam pengembangan benih unggul. “Kami ingin mendorong sinergi dan kolaborasi antar pihak. Presiden meminta agar swasembada pangan juga dapat menciptakan kesejahteraan bagi petani,” katanya.
Frans juga menyebutkan kebijakan pemerintah yang menjamin harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram di tingkat petani. Perum Bulog ditugaskan sebagai pembeli. Ia menekankan bahwa selain produktivitas tinggi, kualitas beras hasil penggilingan harus tetap dijaga agar petani mudah menjual hasil panennya.
Inovasi Teknologi dari Syngenta
Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Eryanto, menilai pencapaian panen 10 ton per hektare menjadi bukti nyata pentingnya benih unggul dan praktik budidaya yang baik. Syngenta, kata dia, mendampingi petani melalui komunitas 10 ton dengan panduan teknologi, termasuk peluncuran buku “Raih Hasil Optimal Budidaya Padi” yang berisi tata cara penggunaan benih hingga pascapanen. “Kami ingin melihat petani Indonesia tersenyum bangga saat panen karena hasilnya tinggi. Dari rata-rata nasional 5,4 ton per hektare, petani kita mampu mencapai dua kali lipat dengan menggunakan benih unggul dan teknologi modern,” ucap Eryanto.
Upaya Peningkatan Produksi di Jawa Barat
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat, menyebut produksi padi di daerahnya tahun ini berpotensi menembus 10 juta ton gabah kering giling (GKG). Angka tersebut menunjukkan kenaikan dari 8,5 juta ton GKG Jabar tahun lalu. Menurut dia, kenaikan ini terkait langsung dengan penggunaan benih unggul bersertifikat. “Cara meningkatkan produksi Jabar sederhana, gunakan benih unggul dan pupuk bersertifikat. Penggunaan benih bersertifikat bisa meningkatkan produktivitas 15 sampai 20 persen. Namun saat ini penggunaannya di Jabar masih di bawah 60 persen,” kata Dadan.
Ia menambahkan bahwa Pemprov Jawa Barat mendorong mekanisasi pertanian, digitalisasi, dan penggunaan drone untuk efisiensi serta pengendalian hama. Dadan juga menekankan pentingnya kemitraan pasar agar hasil panen petani dapat terserap dengan harga menguntungkan.
Kontribusi Subang dalam Produksi Padi
Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita Budi Raemi, menyampaikan bahwa daerahnya memiliki lahan sawah seluas 68 ribu hektare yang seluruhnya tergarap. Subang menyumbang sekitar 12 persen dari target 10 juta ton produksi padi Jawa Barat. “Dari 10 juta ton itu, Subang menyumbang 1,2 juta ton,” ujar Reynaldy.
Ia menambahkan bahwa Pemkab Subang terus menjaga lahan pertanian agar tidak beralih fungsi meski tekanan industri meningkat. Pemerintah daerah, kata dia, memprioritaskan pembangunan infrastruktur dengan anggaran keseluruhan Rp350 miliar, termasuk di sektor pertanian ada jalan usaha tani, irigasi, untuk mendukung peningkatan produktivitas.
Post a Comment