
Indonesia dan Bangladesh terus memperkuat kerja sama dalam sektor energi. Kedua negara telah mengadakan Pertemuan Komite Bersama Indonesia-Bangladesh pertama di bidang energi, sebagai tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai Kerja Sama Energi pada 4 September 2023.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggambarkan pertemuan ini sebagai langkah penting dalam memperkuat hubungan strategis antara kedua negara di bidang energi.
Kepala Sekretariat Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan bahwa kolaborasi antara Indonesia dan Bangladesh menjadi relevan dalam situasi energi global saat ini.
"Indonesia dan Bangladesh sedang menghadapi tantangan ganda, yaitu menjaga keamanan energi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri, serta melakukan peralihan menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Dadan dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (25/8).
- Trump Siapkan Pajak Baru untuk Impor Barang Dalam Negeri, Fokus pada Vietnam dan Tiongkok
- Saham Harry Tanoe (BCAP) dan Hermanto Tanoko (CLEO) Terdaftar dalam Indeks Baru FTSE
- Prabowo Melantik Menteri Pendidikan dan Sains sebagai Kepala Badan Industri Mineral
Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia dan Bangladesh selama ini memiliki hubungan ekonomi yang kuat, dengan nilai perdagangan bilateral pada 2024 mencapai US$ 2,94 miliar atau sekitar Rp 47,78 triliun. Dari jumlah tersebut, sektor yang paling mendominasi adalah ekspor batu bara dari Indonesia senilai US$ 1,05 miliar atau sekitar 13,2 juta ton.
Selain batu bara, Indonesia juga mengekspor minyak kelapa sawit, klinker besi, serta barang-barang kimia. Di sisi lain, Bangladesh menyediakan tekstil, produk anyaman, dan sepatu untuk Indonesia, sehingga memperkaya dan menyeimbangkan hubungan perdagangan antara kedua negara tersebut.
Siap Mendukung Kebutuhan Energi Bangladesh
Pemerintah siap memenuhi kebutuhan energi Bangladesh, khususnya dalam penyediaan batu bara yang stabil dan murah, sambil berkomitmen untuk mengembangkan teknologi batu bara bersih serta sumber energi yang ramah lingkungan. Dengan kapasitas pembangkit listrik nasional yang telah mencapai 105 GW hingga pertengahan 2025, di mana 15% berasal dari energi terbarukan, Indonesia yakin mampu menjadi mitra strategis bagi Bangladesh.
Indonesia juga memberikan kesempatan kerja sama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) energi. Dua politeknik yang berada di bawah Kementerian ESDM, yaitu Politeknik Energi dan Mineral Akamigas Cepu serta Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung, siap membantu meningkatkan kemampuan tenaga kerja di sektor energi kedua negara.
Dadan menyatakan bahwa pertemuan ini tidak hanya memperkuat persahabatan, tetapi juga menjadi fondasi untuk kerja sama jangka panjang antara kedua negara dalam sektor energi.
Indonesia bersedia mengambil kesempatan kerja sama dengan Bangladesh dalam pengembangan infrastruktur energi, pembangunan pembangkit listrik baru, pengembangan proyek minyak dan gas bumi (migas), serta memperkuat inisiatif energi terbarukan.
Dadan menyampaikan bahwa dengan kemitraan antara kedua negara, Indonesia dan Bangladesh mampu menjamin keamanan energi, mendorong pengembangan berkelanjutan, serta memberikan manfaat bagi rakyat di kedua belah pihak. Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi yang tinggi di Bangladesh membuka kesempatan kerja sama yang saling menguntungkan.
Menurutnya, Indonesia mampu mendukung pembangunan Bangladesh sambil membuka kesempatan baru bagi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk berinvestasi dan berkembang.
Sekretaris Divisi Energi Bangladesh, Farzana Mamtaz, menekankan bahwa pertemuan antara kedua negara kali ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama di bidang kelistrikan dan energi. Dua bidang ini merupakan sektor penting bagi proses pembangunan kedua negara.
Mamtaz menyatakan bahwa sebagian besar penduduk Bangladesh kini sudah memiliki akses listrik. Namun, dengan ambisinya untuk menjadi negara maju, permintaan energi di negara tersebut semakin meningkat, sehingga memerlukan inovasi lokal dan kerja sama internasional yang lebih erat.
Dalam konteks ini, ia menganggap Indonesia sebagai mitra yang kaya akan sumber daya energi, memiliki keahlian teknologi, serta sahabat tepercaya di kawasan Asia.
Bangladesh secara resmi telah menerapkan Kebijakan Energi Terbarukan 2025, yang bertujuan agar proporsi energi terbarukan mencapai 20% pada tahun 2030 dan meningkat menjadi 30% pada 2040. Saat ini, pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap serta angin pesisir tengah sedang berkembang pesat di negara tersebut.
Berdasarkan pendapat Mamtaz, pengalaman dan teknologi yang dimiliki oleh Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mempercepat pencapaian target energi terbarukan Bangladesh.
Post a Comment