PIKIRAN RAKYAT SULTENG- H. Rustan Rewa, S.P., M.P., lulusan pertanian dari Universitas Hasanuddin, yang kini menjabat sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Tolitoli, berbagi pendapatnya tentang perkembangan sektor pertanian di Sulawesi Tengah.
Rustan Rewa telah bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara selama sekitar 30 tahun di bidang perhutanan dan pertanian.
Sulawesi Tengah terkenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, dengan lahan pertanian yang luas dan subur, mulai dari daerah pesisir hingga pegunungan. Provinsi ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat penyedia pangan dan komoditas perkebunan unggulan. Berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat, seperti yang tercantum dalamRPJMN 2020–2024, mendukung perluasan jenis pertanian. Tujuan dari hal ini adalah memperkuat ketersediaan pangan, meningkatkan penghasilan petani, serta mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis hasil pertanian.
Kebijakan-kebijakan ini didukung oleh berbagai inisiatif Kementerian Pertanian, seperti pengembangan pangan lokal (sagu, singkong, sorgum), program peragaman pangan, pengembangan kawasan yang berbasis pada kelompok tani, serta Gerakan Tiga Kali Ekspor Pertanian (Gratieks). Kerangka hukum sepertiUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 mengenai Perlindungan dan Pemasyarakatan Petanijuga memperkuat arah kebijakan tersebut. Pendekatan diversifikasi bisa dilakukan secara horizontal (menanam berbagai jenis komoditas), vertikal (mengolah hasil untuk meningkatkan nilai tambah), dan regional (mengembangkan komoditas khas wilayah).
Pemerintah juga memiliki program khusus untuk para petani, misalnya akses pendanaan melaluiKUR, pengembangan food estate, serta pengintegrasian pertanian, peternakan, dan perikanan. Semua usaha ini diharapkan mampu membuat petani tidak hanya lebih produktif, tetapi juga lebih makmur.

Kondisi Bidang Pertanian di Sulawesi Tengah
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Tengah memiliki areal pertanian dan perkebunan yang mencapai ratusan ribu hektar dengan berbagai hasil pertanian, seperti padi, jagung, kakao, kopi, kelapa, dan cengkeh. Pusat produksi padi terdapat di Parigi Moutong, Banggai, Poso, Tolitoli, dan Sigi, yang setiap tahun menghasilkan ratusan ribu ton beras. Kabupaten Tojo Una-Una dan Banggai Laut berkembang sebagai sentra jagung untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan pakan ternak.
Sulawesi Tengah pernah menjadi penghasil kakao terbesar di Indonesia, khususnya di wilayah Parigi Moutong, Donggala, dan Poso. Meskipun sempat mengalami penurunan produksi akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), harga kakao yang tinggi di pasar internasional saat ini memberikan harapan baru. Komoditas lain seperti kopi dan cengkeh dari Poso dan Sigi memiliki rasa khas yang berpotensi untuk diekspor. Kelapa dari Banggai, pala dari Tolitoli, serta hasil pertanian hortikultura dari daerah pegunungan Lore juga berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan regional.
Dengan sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur, petani di Sulawesi Tengah seharusnya mampu hidup sejahtera. Namun, banyak dari mereka masih terjebak dalam sistem pertanian monokultur, tanpa melakukan pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah. Padahal, visi besar yang seharusnya dikembangkan adalah: “satu kilogram hasil panen dapat dipertukarkan dengan lima kilogram berasArtinya, nilai komoditas yang dihasilkan petani harus cukup tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Untuk mencapainya, diperlukan ketertiban dalam berkebun, mulai dari pengelolaan irigasi, pemupukan yang benar, hingga panen dan sistem kerja sama masyarakat.
Mempelajari Kegagalan Kakao dan Tindakan Berikutnya
Kasus kakao bisa menjadi contoh nyata. Banyak perkebunan kakao ditinggalkan akibat serangan hama PBK. Padahal, negara lain mampu mengatasi masalah ini dengan melakukan penelitian varietas unggul, pengendalian hama secara terpadu, pengelolaan irigasi yang baik, serta penerapan standar pasca panen. Jika hal tersebut diterapkan, kualitas biji kakao dapat kembali bersaing di pasar ekspor, memberikan keuntungan besar bagi para petani.
Prinsip diversifikasi juga dapat diterapkan pada komoditas lain seperti kopi, cengkeh, kelapa, dan beras. Kuncinya adalah para petani tidak lagi mengandalkan satu jenis komoditas, melainkan membudidayakan kebun campuran (mixed farming) yang lebih tahan terhadap bahaya pasar dan serangan hama.
Lima Inovasi Menarik untuk Sulawesi Tengah
Untuk membuat para petani benar-benar makmur, diperlukan inovasi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah. Rustan Rewa menawarkan lima solusi kreatif:
-
Diversifikasi Usaha Berbasis LanskapPetani diimbau untuk menggabungkan berbagai jenis komoditas, seperti kakao dengan kelapa, pala, atau kopi. Di lahan persawahan, sistemmina-padi(beras dan ikan) dapat diterapkan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan penghasilan, tetapi juga memperkuat sistem pangan lokal.
-
Pusat Inovasi Petani (Agro Innovation Hub)Setiap kabupaten harus memiliki pusat inovasi yang berperan sebagai perantara antara petani, penelitian dari universitas, lembaga swadaya masyarakat, dan pasar. Tujuannya adalah agar hasil penelitian, seperti bibit kakao tahan hama atau pengolahan kopi, dapat langsung diuji dan diterapkan oleh kelompok tani.
-
Industri Rumah Tangga Nilai TambahPetani dianjurkan untuk memproses sebagian hasil panen mereka menjadi barang jadi, seperti kopi bubuk, minyak kelapa, atau cokelat olahan. Bantuan dari koperasi atau BUMDes bisa memudahkan produk tersebut masuk ke pasar modern dan ekspor.
-
Ekonomi Digital Pertanian: Sulawesi Tengah mampu menjadi pemimpinmarketplaceplatform lokal yang menghubungkan petani dengan pembeli besar baik di dalam maupun luar negeri. Keterbukaan harga melalui aplikasi digital dapat mengurangi ketergantungan pada perantara, sehingga memperkuat posisi tawar petani.
-
Gerakan Sosial "Petani Disiplin, Petani Berani"Pengembangan budaya disiplin di kalangan petani sangat penting, seperti memastikan panen sesuai jadwal dan menjaga kualitas hasil pertanian. Gerakan ini juga mendorong para petani untuk berani menentang dominasi tengkulak serta bekerja sama dalam kebersamaan. Hal ini dapat didukung melalui kampanye sosial, pelatihan, serta insentif dari pemerintah setempat.
Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar berkat luasnya lahan, keragaman komoditas, serta posisi yang strategis. Yang diperlukan adalah keberanian dan inovasi baru. Dengan perluasan usaha, kreativitas, serta disiplin dalam tradisi bertani, impian "satu kilogram hasil panen dapat digunakan untuk membeli lima kilogram berasbukan lagi sekadar impian, tetapi realitas yang dapat diwujudkan.
Post a Comment