MasRizky - Pentingnya catatan ini dicatat oleh para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mereka telah mengungkap kembali keberadaan katak terbang setelah hampir satu abad dianggap lenyap atau tak tertangkap mata.

Dengan pengamatan dari para peneliti di BRIN, hewan katak terbang tersebut mendapatkan kenaikan status sebagai spesies baru dengan pemberian nama. Rhacophorus rhyssocephalus Temuan tentang katak terbang di Sulawesi dilakukan oleh Alamsyah Elang N.H. beserta timnya pada bulan Agustus tahun 2023 yang lalu.

Meskipun baru diberitahukan sekarang. Penetapan sebuah spesies baru memerlukan penelitian dan publikasi ilmiah secara internasional. Oleh karena itu, klaim semacam itu harus hati-hati dilakukan.

Alamsyah menyatakan bahwa katak tersebut sebelumnya dianggap sebagai sub-spesies. Rhacophorus pardalis Kodok tersebut ditemukan secara meluas mulai dari Sumatera sampai Kalimantan.

"Katak ini dinamai terbang berkat adanya selaput utuh pada kakinya dan tangannya yang memungkinkan ia untuk melayang ketika melompat," ungkapnya di Jakarta, Rabu (11/6).

Istilah katak terbang atau flying frog Alfred Russel Wallace memperkenalkan ide ini untuk pertama kalinya melalui karyanya berjudul "The Malay Archipelago". Menurut penjelasan Alamsyah, genus Rhacophorus termasuk ke dalam keluarga Rhacophoridae, dan spesies tipenya adalah Rhacophorus reinwardtii yang dapat ditemukan di Jawa Barat.

Ciri khas lainnya terdapat pada adanya tulang penyambung di antara jari telunjuk dan jari keduanya. Menurut sejarah, genus Rhacophorus menyebar secara luas, katanya.

Sejak ditemukan di berbagai negara seperti India, Tiongkok, Jepang, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Di dalam batas nasional, daerah terluar yang dipastikan sebagai tempat tinggalnya ialah Pulau Sulawesi.

Dia menyatakan bahwa penjelasan dari perjalanan ilmiah yang dilakukan selama dua puluh tahun di Sulawesi mengungkapkan keberadaan beberapa cabang genetik yang beragam dalam populasi Rhacophorus. Semuanya adalah spesies asli dan hanya dapat ditemukan di Pulau Sulawesi.

Kumpulan katak terbang ini dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan ciri-cirinya secara fisik. Jenis pertama disebut Grup Batik Coklat. Hal itu karena mereka memiliki pola seperti batik dan ujung mulutnya tajam.

Selanjutnya ada kelompok Web Hitam. Anggota dari tim ini menampilkan selaput warna hitam pada kaki mereka. Kemudian datanglah kelompok ketiga yaitu Kelompok Hijau. Katak dalam kelompok ini bermatai warna hijau muda serta berbobot lebih ringan.

Berikutnya urutan keempat merupakan kelompok Kepala Putih. Karakteristiknya terdapat noda berwarna putih pada bagian tertentu dari kepala mereka.

Pada kesempatan serupa, Kepala Pusat Penelitian Biosistematika Evolusi BRIN Arif Nurkanto mengungkapkan bahwa Sulawesi mempunyai latar belakang geologis yang khas. Pulau tersebut lahir akibat perjumpaan antara tiga plat tektonik utama yaitu Plat Asia, Indo-Australia, dan Pasifik. Interaksi ketiga plat itu mendorong peningkatan keanekaragaman spesies lokalnya.

"Dari sudut pandang biogeografi, Sulawesi tak pernah benar-benar tersambung dengan Australia maupun Asia, yang menjadikan tempat lahirnya spesies khas," jelasnya.

Temuan teranyar mengenai katak yang dapat terbang ini membuktikan bahwa Sulawesi menduduki posisi kedua sebagai tempat dengan jumlah temuan spesies baru tertinggi di Indonesia. Ini juga menjadi indikasi atas keberadaan biodiversitas yang sangat kaya di daerah tersebut.

"Walaupun studi tentang katak terbang Rhacophorus sudah menemukan beberapa spesies baru serta cabang silsilah yang berbeda, tetapi masih ada banyak keragaman amphibi lain yang belum sepenuhnya dikenali," jelas Arif.

Pulau Sulawesi, dengan keunikan ekosistimya dan kerumitan struktur geologinya, mungkin menyimpan spesies amphibian asli yang belum direkam sebelumnya. Dibutuhkan penelitian tambahan agar kita bisa mengerti bagaimana proses evolusinya, cara mereka menyesuaikan diri, serta hubungan ekologi dari hewan-hewan tersebut dalam area ini.

Dia menyebutkan bahwa penemuan terkini tersebut merupakan titik awal untuk ekspedisi yang cukup luas. Dengan demikian, hal ini dapat mendorong pemahaman yang lebih dalam mengenai kehidupan reptil dan amphibian di Pulau Sulawesi serta seluruh wilayah Indonesia.

Post a Comment

Previous Post Next Post