
https://www.masrizky.biz.id/, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan kadar merkuri yang melebihi ambang batas pada ikan budi daya di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menilai persoalan ini bukan hal baru melainkan telah berlangsung cukup lama akibat aktivitas pertambangan dan industri di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Merkuri merupakan salah satu unsur kimia yang bersifat toksik dan berpotensi membahayakan tubuh manusia, terutama bila masuk dalam sistem metabolisme melalui makanan, udara, atau kontak langsung. Ketika tubuh terpapar merkuri dalam jumlah berlebih, bisa terjadi kondisi yang disebut keracunan merkuri (mercury poisoning), yaitu reaksi negatif tubuh terhadap senyawa ini yang dapat merusak berbagai organ penting seperti otak, ginjal, dan sistem saraf.
Jenis-Jenis Merkuri yang Perlu Diwaspadai
Seperti dilansir dari Cleveland Clinic, merkuri tidak hadir dalam satu bentuk saja. Terdapat tiga tipe utama merkuri yang semuanya memiliki dampak berbahaya, namun dengan karakteristik dan jalur paparan yang berbeda-beda:
1. Merkuri Elemental (Logam Cair atau Quicksilver)
Jenis ini paling dikenal karena wujudnya berupa cairan mengkilap yang biasa ditemukan dalam termometer tradisional, lampu neon, sakelar listrik, dan tambalan gigi lama. Meskipun tidak mudah diserap kulit atau pencernaan bila disentuh atau tertelan merkuri elemental menjadi sangat berbahaya jika terhirup dalam bentuk uap, misalnya saat seseorang membersihkan tumpahan dengan cara yang salah seperti menggunakan penyedot debu. Paparan lewat inhalasi bisa mengakibatkan gejala yang muncul secara cepat.
2. Merkuri Anorganik
Bentuk merkuri ini biasa ditemukan dalam baterai, beberapa jenis disinfektan, dan bahan kimia di laboratorium. Tidak seperti bentuk elemental, merkuri anorganik berbahaya bila tertelan karena dapat masuk ke aliran darah dan menyerang sistem organ dalam, khususnya otak dan ginjal. Merkuri anorganik sering kali menyebabkan gejala gastrointestinal yang cukup serius.
3. Merkuri Organik
Tipe ini paling umum ditemukan di lingkungan, terutama di dalam tubuh ikan predator yang telah mengakumulasi merkuri dari rantai makanan. Paparan jangka panjang terhadap merkuri organik, baik melalui konsumsi atau kontak, bisa menyebabkan kerusakan saraf yang progresif. Selain itu, metilmerkuri sangat berisiko bagi perkembangan janin jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
Siapa yang Rentan Terkena?
Paparan merkuri bisa berdampak pada siapa saja. Namun, kelompok rentan meliputi anak-anak, ibu hamil, dan janin yang tengah berkembang dalam kandungan. Pada kasus ibu menyusui atau ibu hamil yang mengonsumsi ikan berkandungan merkuri tinggi, risiko kerusakan otak dan sistem saraf pada bayi meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, lembaga kesehatan biasanya merekomendasikan pembatasan konsumsi ikan seperti ikan hiu, pedang, atau tuna besar selama kehamilan.
Gejala Keracunan Merkuri
Gejala yang muncul akibat keracunan merkuri sangat bervariasi tergantung pada bentuk merkuri yang masuk ke dalam tubuh dan jalur paparannya. Berikut penjabaran berdasarkan masing-masing jenis:
1. Gejala Paparan Merkuri Elemental (terhirup)
Paparan melalui udara bisa terjadi saat uap merkuri mengontaminasi ruang tertutup. Gejala bisa muncul dalam waktu singkat dan mencakup batuk berkepanjangan, kesulitan bernapas, rasa logam yang menetap di mulut, mual atau muntah, serta peradangan pada gusi seperti pembengkakan atau perdarahan.
2. Gejala dari Paparan Merkuri Anorganik (tertelan)
Saat merkuri anorganik masuk melalui saluran pencernaan, tubuh akan memberikan reaksi yang cukup ekstrem, seperti sensasi terbakar pada tenggorokan atau perut, muntah dan diare parah, serta munculnya darah dalam muntah atau tinja. Warna urin juga dapat berubah akibat kerusakan ginjal.
3. Gejala dari Paparan Merkuri Organik (konsumsi jangka panjang)
Paparan metilmerkuri umumnya tidak langsung memunculkan gejala, tetapi bisa berdampak dalam jangka panjang. Gejalanya termasuk mati rasa atau nyeri tumpul di bagian tubuh tertentu, tremor atau gemetar, gangguan keseimbangan, penglihatan ganda atau kabur hingga kebutaan, gangguan memori, hingga kejang. Efeknya bisa bersifat permanen, terutama jika tidak segera dikenali dan ditangani.
Post a Comment