
Masrizky , JAKARTA - PT PLN PT Indonesia Power (IP) berencana meningkatkan kapasitas pabrik modul surya yang sudah terintegrasi di Kendal, Jawa Tengah guna menunjang tujuan pengembangan pembangkit energi surya mereka. PLTS seukuran 17,1 gigawatt (GW).
Berikut ini adalah sasaran yang termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Jangka Panjang (RUPTL) milik PT PLN (Persero) untuk periode tahun 2025 hingga 2034. Dalam rencana tersebut, diharapkan Pembangkit ListrikTenaga Surya (PLTS) akan memberikan kontribusi signifikan pada produksi tenaga listrik dari energi baru dan terbarukan. EBT yang menjadi sasaran tercapai sebesar 61% atau 42,6 GW dari seluruh target peningkatan pembangkit.
Sasaran untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada Rencana Usaha Penyediaan dan Pengelolaan Ketenagalistrikan Terbarukan (RUPTL) yang terkini mengalami kenaikan cukup besar jika dibandingkan dengan sasarannya dalam RUPTL tahun 2021-2030. Di periode tersebut, sumbangsih PLTS hanyalah mencapai angka 4.680 megawatt (MW), atau setara dengan 12 persen dari seluruh kapasitas energi barunya yaitu 40,6 GW.
Bernadus Sudarmarta, Direktur Bisnis dan Pemasaran PT PLN IPP, menyebut bahwa pabrik modul fotovoltais (PV) yang dikelola oleh perusahaannya tercatat memiliki kapasitas produksi sebesar 1 GWp setiap tahunnya. Produk-produk tersebut termasuk dalam kategori tier-1 dan telah memenuhi ambang batas konten nilai lokal atau TKDN senilai 41 persen.
"Penambahan daya berikutnya direncanakan sebesar 3 GWp dan ditargetkan terwujud pada tahun 2030, sesuai dengan permintaan pasar," jelas Bernadus saat ditemui oleh Bisnis, Kamis (29/5/2025).
Perlu dicatat bahwa pabrik ini didirikan melalui kemitraan antara anak perusahaan PLN IP dan PT Trina Mas Agra Indonesia, yakni PLN Indonesia Power Renewables bersama Trina Solar Co. Ltd, serta PT Dian Swastatika Sentosa.
Meskipun begitu, Bernadus menyebutkan adanya tantangan dalam usaha modul surya di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan pasar Indonesia.
"Fabrikasi panel surya lokal masih kesulitan untuk bersaing dengan produk impor dari Cina karena biaya bahan baku dalam negeri masih terbatas dan cenderung lebih tinggi, serta infrastruktur pendukungnya belum sepenuhnya matang," jelasnya.
Sebaliknya, ia juga mengkritik kebijakan TKDN untuk pabrik panel surya di Indonesia. Awalnya, PLN IP berpikir tentang investasi dalam pembangunan pabrik sel dan panel surya karena adanya kebijakan pemerintah mengenai road map TKDN yang tegas dan rinci.
Akhirnya, mereka menganggap bahwa memilih pembuatan pabrik modul surya tenaga photovoltaic sebagai suatu keharusan untuk meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia.
"Tetapi pada hari ini, ketentuan tentang TKDN telah berubah dan rute untuk meningkatkan komponen lokal hingga saat ini masih tidak pasti, atau mungkin masih dalam diskusi," ungkapnya.
Dalam kasus ini, Bernadus mengatakan bahwa mitra investasi pada proyek pembangunan pabrik tersebut enggan melanjutkanrencana pengembangan lebih lanjut. Ditambah lagi, dana investasi yang telah disuntikkan pun belum sempurna dimanfaatkan.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN IP Edwin Nugraha Putra menyampaikan bahwa mereka sepenuhnya mendukung kebijakan tersebut dengan memperkuat rangkaian proyek Pembangkit Listrik Terbarukan dan berbagai upaya penghapusan karbon.
Oleh karena itu, katanya lagi, di bagian awal rantai pasokan, PLN IP dengan bantuan anak perusahaannya yaitu PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), yang berdiri dari kerjasama antara PLN Indonesia Power Renewables, Trina Solar Co. Ltd, dan juga PT Dian Swastatika Sentosa, sudah mendirikan pabrik pengolahan modul surya terpadu pertama di tanah air ini.
Fasilitas produksi ini menghasilkan sel dan modul surya menggunakan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) pada satu tempat, mencapai efisiensi sebesar 23,2%.
"Pabrik ini dikembangkan oleh kita bersama dengan perusahaan global untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan di tanah air. Kami menggunakan teknologi N-type TOPCon yang sudah mencapai standar bankabilitas AAA menurut BNEF, sehingga produk-produk kami menjadi lebih efisien dan handal. Hal ini membuktikan komitmen kami dalam mengembangkan sektor EBT lokal," jelas Edwin.
Post a Comment