jatim.MasRizky , SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa aturan waktu kedatangan di sekolah untuk pelajar SD dan SMP yang dimulai pukul 06.30 WIB sudah mulai berlaku sejak Januari 2022.

Implementasi waktu kedatangan di sekolah telah berbeda sejak pelaksanaan program Sekolah Arek Suroboyo (SAS), yang dulunya dimulai pada pukul 07.00 WIB.

"Nanti waktu belajar di sekolah akan berakhir hingga pukul 11.30 WIB. Kemudian lanjutan dengan program SAS yang meliputi pendidikan nasional, pemahaman patriotik, serta pengembangan bakat dan minat," jelas Eri pada hari Rabu (11/6).

Eri menyatakan bahwa program SAS dirancang guna membentuk karakter serta mengarahkan bakat dan minat para anak. Selain itu, program tersebut menjadi salah satu metode pemerintah kota dalam menghadapi permasalahan kenakalan remaja di Surabaya.

"Sejak Januari 2022, kami menyelenggarakan Sekolah Arek Suroboyo. Dalam program tersebut terdapat pendidikan kepribadian nasional serta pengembangan bakat dan minat siswa. Saat ini masih banyak kelompok motor atau hal-hal serupa lainnya, hal ini disebabkan oleh kurangnya penguatan karakter sejak dini," ungkapnya.

Sejalan dengan pelaksanaan program tersebut, pemerintah kota lewat Dinas Pendidikan pun mengimplementasikan kebijakan pencabutan ujian pra-sekolah untuk para murid.

Menurut dia, dengan implementasi kebijakan ini, beban tugas sekolah bagi para siswa akan hilang saat mereka berada di rumah.

Di luar beban pekerjaan sekolah, Eri menginginkan agar para murid mempunyai cukup kesempatan untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan keluarganya saat di rumah.

Oleh karena itu, pendidikan karakter untuk anak harus dilaksanakan bukan hanya di sekolah, tapi juga di lingkungan rumah.

"Oleh karena adanya sekolah kebangsaan tersebut, para siswa dapat menuntaskan pekerjaannya di sekolah sehingga ketika mereka kembali kerumah, tak ada lagi Tugas Rumah (PR) yang diberikan," ujarnya.

Eri berkeinginan bahwa dengan adanya program ini, para siswa SD hingga SMP di Surabaya akan menjadi lebih tertib serta dapat menghindari perilaku yang tidak baik.

Menurut dia, pendidikan karakter tak dapat ditangani hanya oleh sekolah saja, melainkan juga memerlukan partisipasi dari para orangtua.

"Sebab apa yang telah saya sampaikan sebelumnya, pendidikan karakter bukan hanya menjadi tanggung jawab orangtua maupun guru saja, melainkan keduanya harus ikut serta dalam proses tersebut. Alhamdulillah, hal ini sudah mulai terlaksana dengan baik di Surabaya," ungkapnya. (mcr23/jpnn)

Post a Comment

Previous Post Next Post