Masrizky Potensi besar telah tersedia untuk Indonesia guna mengembangkan kerjasama di sektor pariwisata bersama Tiongkok. Akan tetapi, Azril Azhari selaku Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) menegaskan perlunya antisipasi dari pihak pemerintahan supaya tidak melakukan kesalahan. Ia menyebut bahwa faktor utamanya adalah pengetahuan yang kuat tentang wisata berorientasi masyarakat serta perkembangan tren dunia saat ini. from volume to values .

"Manfaat dari kolaborasi ini baru dapat kita nikmati apabila Kementerian Pariwisata betul-betul mengerti dasar-dasar dari pariwisata komunitas. Sekarang era telah berganti, tak lagi tentang banyaknya pengunjung, tetapi lebih pada bagaimana hal itu memberikan nilai serta dampak positif terhadap warga setempat," jelas Azril ketika diwawancara dari Jakarta, Rabu (29/5).

Azril melihat adanya kesempatan jangka pendek yang dapat segera diambil oleh Indonesia, misalnya dalam mengembangkan tempat tujuan serta acara yang disesuaikan dengan kebiasaan para turis dari Tiongkok dan negara-negara lain. Di samping itu, diskusi tentang pemberian visa bebas secara saling menguntungkan dengan Cina dan mitra-mitra lainnya merupakan berita baik yang harus dilanjutkan dengan merancang strategi yang terencana dengan matang.

Kesempatan Luas, Namun Ada Banyak Pekerjaan Rumah Yang Harus Diselesaikan

Walauppitep meskipun tampilannya sangat menjanjikan, Azril menyoroti berbagai aspek yang perlu dituntaskan. Pihak pemerintahan diharuskan untuk merancang hubungan kerjasama dua arah yang solid terkait industri wisata, menciptakan jalur masuk ke pasar, serta mengerahkan manfaat ekonomi dari sektor tersebut termasuk dampak penumpuan dan efek samping lainnya.

"Jangan abaikan kebutuhan untuk membentuk biro perjalanan resmi di setiap negara. Hal ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana promosi, tetapi juga bertujuan menaikkan standar profesionalisme dan pengetahuan para guide wisatawan, terutama mengenai kemampuan mereka menggunakan bahasa asing," katanya.

Berhati-hati dengan Resikonya, Jangan Sembarangan Menerima Turis

Azril juga menggarisbawahi adanya potensi risiko apabila kolaborasi ini berjalan tanpa pengawasan yang tepat. Salah satu masalahnya adalah terkait batas kapabilitas tenaga manusia setempat, misalnya kurangnya pemandu wisata yang mahir dalam menggunakan bahasa dari suatu negara ketiga.

Dia juga menggarisbawahi kebutuhan untuk memantau pembagian visa dengan cermat. Dia menjelaskan, "Pengendalian visa kedatangan perlu ditingkatkan agar tidak ada turis yang sebenarnya datang bekerja. Hal ini dapat berbalik arah dan merugikan kita," tegasnya.

Kolaborasi di bidang pariwisata antara Indonesia dan Cina semakin meningkat, terlebih dengan adanya beberapa program seperti Inisiator Jalur Sutra dan Laut. Akan tetapi, jika tidak ada persiapan dasar serta pengertian yang mendalam dari pihak pemerintahan, peluang besar tersebut dapat berpotensi menjadi perangkap yang menipu. ***

Post a Comment

Previous Post Next Post