
MasRizky , Jakarta - Deputi Menteri Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Deputi Mentrilmptk) Stella Crishtie menyampaianan Sekolah Unggulan Garuda Dirancang khusus bagi pelajar-pelajar unggul dari setiap wilayah di Indonesia, mencakup pula pendidikan inklusif untuk penyandang disabilitas. Semua fasilitas dan infrastruktur dibuat sementara memperhatikan aspek keberanian serta kesesuaiannya. disabilitas .
"Karena kami mempunyai kesempatan untuk membangun bangunannya, semuanya itu dibangun dengan pemikiran bahwa mereka pun yang mempunyai disabilitas akan bisa bersekolah di sekolah tersebut," ujar Stella dalam forum dialog bersama media di kantornya, Jakarta, Sabtu, 17 Mei 2025.
Kendati demikian, Stella mengatakan tidak akan ada kuota khusus bagi penyandang disabilitas maupun kuota khusus dalam kategori lainnya. Stella menjelaskan, Sekolah Garuda merupakan cita-cita besar Presiden Prabowo Subianto, bahkan sejak pertama kali ia diminta untuk mengisi kursi wakil menteri.
Pada konsep kepemimpinan nasional, Stella menyatakan bahwa sekolah ini merupakan tahap awal bagi pemerintah untuk meningkatkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui perekrutan murid-murid yang unggul secara akademis tanpa adanya diskriminasi. Hal ini mencakup kelompok masyarakat dari kalangan berpenghasilan menengah hingga tinggi serta mereka yang kurang mampu, termasuk situasi khusus lainnya.
"Tidak ada alokasi khusus, sebab ini memberikan akses egaliter bagi semua orang. Namun, saat merancangnya, dipertimbangkan agar pihak penyandang disabilitas juga dapat menggunakannya," jelasnya.
Meskipun tak terdapat kuota spesifik, Stella menjelaskan bahwa pihak berwenang sudah mendefinisikan pedoman evaluasi yang mencakup semua faktor, seperti sisi ekonomi, pembagian representasi regional, serta situasi tertentu. Sebagai ilustrasi, ia memberikan contoh jika dua siswa mempunyai capaian akademik serupa, peserta didik yang berasal dari kelompok kurang mampu secara finansial bakal punya kesempatan lebih besar untuk dipilih daripada mereka yang datang dari keluarga dengan kemampuan keuangan lebih baik.
Kondisi lain, dengan standar prestasi yang sama, siswa yang berasal dari daerah yang lebih terpencil memiliki poin lebih besar untuk dipilih. Stella menyebut sistem penerimaan murid baru di Sekolah Garuda sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintah pusat. "Jadi dengan sistem itu kita bisa sungguh-sungguh memberikan akses yang merata," ucap dia.
Stella mengungkapkan bahwa standar evaluasi yang akan ditetapkan oleh Kemendiktiainsif hanya berlaku bagi tiga subjek, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta Matematika. Ia menegaskan pemilihan matematika sebagai acuan utama disebabkan persebaran mutunya dinilai lebih seragam bila dibandingkan dengan IPA atau IPS.
"Meskipun masih tidak merata, namun matematika jauh lebih baik daripada guru IPA atau yang lainnya," katanya.
Selanjutnya, para calon siswa yang berminat mendaftar di Sekolah Garuda harus melengkapi formulir aplikasi yang telah disiapkan oleh kantor pusat dengan mencantumkan skor-skor mereka. Kemudian, mereka dapat menentukan asramanya sendiri di salah satu dari Sekolah Garuda tersebut. Terakhir, otoritas nasional akan memastikan adanya representasi wilayah yang seimbang dalam sekolah-sekolah yang dipilih tersebut.
"Aimnya adalah supaya bisa hidup tercampur dan belajar untuk tinggal bersebelahan dengan beragam etnis serta budaya," jelasnya.
Adapun Sekolah Garuda baru Proyek pembangunan yang sedang berlangsung terletak di tiga lokasi yakni Kota Soe di Nusa Tenggara Timur, Pulau Bangka Belitung, serta Nabire di Papua Tengah. Menurut Stella, sekolah tersebut direncanakan untuk mulai berfungsi pada tahun ajaran 2026/2027.
Stella mengatakan bahwa sekolah tersebut dapat memuat hingga 160 murid setiap tahunannya. Pihak pemerintah nanti akan membayar seluruh biaya pendidikannya bagi 80% siswa. Sedangkan sisa 20% siswa harus membayar sendiri. “Oleh karena itu, harapannya adalah semua orang bisa tinggal bersama-sama antara murid-murid yang datang dari latar belakang ekonomi rendah dan mereka yang memiliki kondisi finansial lebih baik,” jelas Stella. “Sebab jika siswa-siswa dengan kemampuan ekonomi tinggi dibebankan pada negara, hal itu menjadi kurang efisien.”
Post a Comment