
Masrizky.CO.ID - JAKARTA Kinerja perusahaan semen diperkirakan masih akan lemah di semester kedua tahun 2025. Beberapa hambatan menjadi penyebab utamanya. Salah satu alasan tersebut adalah penjualan semen lokal yang belum juga meningkat.
Keadaan tersebut mengacu pada hasil penjualan semen secara nasional di kuarter I-2025.
Sejak Januari hingga Maret 2025, volume penjualan semen di tanah air mencapai 13,16 juta ton saja, mengalami penurunan sebesar 7,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. year on year Pada segi pasar, penjualan semen instan di daerah Jawa mengalami penurunan sebesar 4,1% (year-on-year/yoy) dan area selain Jawa menyusut sebanyak 30,4% secara year-on-year (yoy) pada kuarter pertama tahun 2025.
Kepala Eksekutif dari CEO Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo mengestimasi bahwa hambatan yang dijumpai oleh perusahaan publik semen tetap lumayan sulit setelah triwulan pertama tahun 2025.
Alasan utamanya adalah fluktuasi harga batu bara. Bahan baku ini merupakan komponen penting dalam proses produksi semen.
Persepsi itu bisa mengurangi marjin keuntungan perusahaan semen akibat adanya surplus pasokan di pasar.
"Kebijakan efisiensi biaya dalam pengembangan IKN dapat mengurangi kebutuhan bahan bangunan seperti semen, walaupun beberapa proyek infrastruktur pemerintah lainnya tetap akan mendorong peningkatan permintaan semen," jelas Praska pada hari Kamis (22/5).
Walau demikian, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas tingkat suku bunga acuan mereka dalam rapat dewan gubernur hari Rabu (21/5), diharapkan mampu merangsangkan pertumbuhan sektor penjualan rumah tapak. Hal ini juga berpotensi meningkatkan permintaan terhadap beton, sehingga memberikan manfaat positif kepada perusahaan penghasil material tersebut.
Analis Penelitian dari Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga mengestimasi bahwa permintaan semen akan meningkat saat cuaca menjadi lebih hangat, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan kegiatan konstruksi.
Aditya memperkirakan bahwa pertumbuhan volume penjualan semen di tanah air sampai dengan tahun 2025 akan berkisar antara 0,5% hingga 1%. Dia menambahkan, "Lebih-lebih adanya pengurangan dalam anggaran pemerintahan dapat membawa risiko terhadap lonjakan permintaan untuk beton."
Aditya mengkritik keahlian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ( INTP ) yang dapat menguatkan posisinya di pasar hingga mencapai 30,7% per Maret 2025, naik dari 29,5% pada awal tahun 2025.
Situasi persaingan di pasaran PT Semen Indonesia Tbk ( SMGR Turun menjadi 46% pada akhir Maret 2025, dibandingkan dengan level 48% di bulan Februari.
Waduh, Aditya menganjurkan untuk membeli saham INTP dengan tujuan harga mencapai Rp 6.500 per saham. Begitu pula Praska yang ikut mendukung pembelian INTP. Mereka memiliki perkiraan bahwa dalam tenggat waktu sedang hingga panjang, nilai tersebut bisa naik menjadi Rp 7.400 tiap saham.
Post a Comment