Dampak Negatif Soda terhadap Kesehatan Mental
Soda, atau minuman berkarbonasi yang manis, telah lama diketahui memiliki efek buruk pada kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi soda dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Namun, kini sebuah studi terbaru menambahkan alasan lain untuk lebih waspada, yaitu hubungan antara soda dan risiko depresi.
Studi baru ini mengungkap bahwa konsumsi soda secara berlebihan dapat memicu pertumbuhan bakteri usus tertentu yang berkaitan dengan gejala depresi. Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara soda dan depresi melalui pengaruh mikrobioma, yaitu kumpulan triliunan bakteri, jamur, parasit, dan virus yang hidup dalam tubuh manusia, terutama di usus.
Risiko Lebih Tinggi pada Perempuan
Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 900 orang dewasa di Jerman, para peneliti menemukan keterkaitan antara konsumsi soda dan diagnosis depresi. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry. Namun, ada satu hal yang menarik: efek ini hanya terlihat pada perempuan.
Perempuan yang paling sering minum soda memiliki risiko 17 persen lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan mereka yang jarang atau tidak mengonsumsinya. Selain itu, mereka juga cenderung melaporkan gejala depresi yang lebih parah, seperti kesedihan mendalam, pikiran untuk bunuh diri, rasa benci pada diri sendiri, hingga kelelahan ekstrem yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengapa hanya perempuan yang terpengaruh? Jawabannya belum pasti. Para peneliti menduga perbedaan hormonal atau reaksi sistem imun yang berbeda antara jenis kelamin mungkin berperan. Kunci temuan ini ada pada bakteri usus bernama Eggerthella. Studi menemukan bahwa perempuan yang sering minum soda memiliki peningkatan signifikan jumlah bakteri ini.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa orang dengan depresi cenderung memiliki kadar Eggerthella yang lebih tinggi. Para peneliti menduga bakteri inilah penghubung biologis antara soda dan depresi.
Bagaimana Mekanisme Terjadinya?
Menurut para peneliti, terlalu banyak gula sederhana dalam soda mengganggu keseimbangan mikrobioma usus. Hal ini bisa melemahkan pertahanan usus, memicu peradangan, dan berdampak ke otak. Peradangan yang bermula di usus dapat meluas hingga ke sistem saraf pusat, memicu gejala depresi.
Apakah Soda Diet Bisa Menjadi Solusi?
Sayangnya, soda diet bukanlah solusi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minuman rendah kalori dengan pemanis buatan juga bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Menurut para ahli, bahan tambahan dalam minuman bersoda, seperti pemanis buatan dan pengawet, bisa semakin mengganggu keseimbangan mikrobioma usus dan berpotensi memengaruhi kesehatan mental.
Meskipun penelitian ini masih memiliki keterbatasan, seperti semua peserta berasal dari Jerman, data makanan hanya berdasarkan laporan diri, serta sifat studi yang observasional, hasilnya menegaskan satu hal: pola makan bisa berperan besar dalam kesehatan mental. Bahkan, depresi sendiri dapat membuat seseorang lebih suka makanan dan minuman manis, sehingga menciptakan siklus berulang yang sulit diputus.
Langkah untuk Mengurangi Konsumsi Soda
Untuk memutus rantai itu, cobalah mengurangi asupan minuman bersoda. Tidak perlu langsung berhenti total, tetapi coba perlahan beralih ke alternatif seperti teh tanpa gula, air mineral beraroma buah (infused water), atau sparkling water. Dengan mengganti soda dengan pilihan yang lebih sehat, Anda dapat membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus dan menjaga kesehatan mental.
Post a Comment