Film ‘Tukar Takdir’ Menghadirkan Genre Baru dalam Perfilman Indonesia
Film ‘Tukar Takdir’ yang diangkat dari novel karya Valiant Budi atau Vabyo resmi tayang di bioskop pada Kamis (2/10). Film yang disutradarai oleh Mouly Surya dan diproduksi oleh Starvision bersama Cinesurya dan Legacy Pictures ini membawa genre baru ke perfilman Indonesia dengan menggabungkan drama petaka pesawat.
Film ini menceritakan perjalanan tiga pemeran utama, yaitu Nicholas Saputra, Marsha Timothy, dan Adhisty Zara yang berdamai dengan takdir mereka. Ketiganya terhubung dalam satu tragedi kehidupan, yaitu kecelakaan pesawat.
Dalam cerita, Rawa (Nicholas Saputra) adalah seorang programmer IT di bidang perpajakan yang sering menggunakan pesawat untuk bepergian saat bekerja. Sementara itu, Dita (Marsha Timothy) adalah seorang notaris yang sudah menikah selama 15 tahun dengan Raldi (Teddy Syach).
Suatu ketika, hati Dita remuk ketika mengetahui suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat Jakarta Airways 79. Pertemuan Rawa dan Dita terjadi di tengah investigasi petaka pesawat Jakarta Airways 79. Dita marah dengan Rawa karena ia yang hidup, bukan suaminya. Amarah Dita memuncak saat tahu bahwa Rawa dan Raldi bertukar kursi, sehingga akhirnya bertukar takdir.
Di bagian lain, Rawa dipertemukan dengan Zahra (Adhisty Zara), anak dari pilot Jakarta Airways 79. Dalam perjalanannya, Zahra jatuh pada simpati dan empati Rawa. Di sisi lain, Rawa berusaha menghibur hati Dita yang kosong, sambil menemaninya dalam upaya meminta pertanggung jawaban maskapai.
Pendekatan Unik dalam Pembuatan Film
Penulis sekaligus sutradara Mouly Surya mengungkapkan bahwa sebelum menggarap ‘Tukar Takdir’, ia memiliki minat pada karya-karya yang membahas tentang investigasi kecelakaan pesawat. Di film ini, Mouly mengaku menggunakan pendekatan yang memadukan investigasi penyebab petaka pesawat dengan drama emosional yang mengupas perjalanan luka para karakternya.
“Melalui film 'Tukar Takdir', saya mengeksplorasi bentuk yang belum pernah saya jelajahi sebelumnya, yaitu tentang bagaimana petaka pesawat ditampilkan di depan layar. Film ini membutuhkan kematangan teknis untuk memberikan hasil yang maksimal,” kata Mouly ditemui usai spesial screening di Cihampelas Walk Bandung, Jumat (3/10).
“Di luar proses investigasi dan petaka pesawatnya, 'Tukar Takdir' juga berbicara tentang berdamai dengan luka, duka, kehilangan, dan takdir,” lanjutnya.
Pengalaman Bermain di Film ‘Tukar Takdir’
Nicholas Saputra mengatakan bahwa untuk film ‘Tukar Takdir’, ia mendesain karakter Rawa agar memiliki fisik yang lebih berisi. Bagi Nicho, ‘Tukar Takdir’ menjadi film yang spesial karena bermain dengan deretan pemeran yang hebat, sehingga membuat proses syuting terasa menyenangkan meski adegan-adegan di dalamnya menegangkan.
“Film 'Tukar Takdir' menjadi sebuah cara untuk melihat kembali bagaimana pesawat, yang secara statistik sebagai moda transportasi paling aman juga bisa terus melakukan perbaikan di dalam sistemnya. Sehingga penumpang merasa aman,” tutur Nicho.
Nicholas Saputra menambahkan, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ‘Tukar Takdir’, salah satunya tentang bagaimana berdamai dengan kehilangan dan takdir yang dijalani.
“Peristiwa petaka pesawat di film ini juga bisa menjadi pelajaran, termasuk bagaimana para karakternya berdamai dengan duka dan takdir mereka,” imbuhnya.
Post a Comment