
Ratusan pemuda dari berbagai latar belakang berkumpul di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, untuk menghadiri acara lingkungan REACT Day 2025 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, pada Sabtu (23/8).
Dengan tema "Peningkatan Keyakinan, Tindakan untuk Bantuan", kegiatan ini bertujuan mendorong partisipasi generasi muda dalam aksi perlindungan lingkungan yang berlandaskan nilai-nilai agama dan spiritualitas.
Festival yang diselenggarakan bersama PPIM UIN Jakarta dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda ini menyajikan berbagai diskusi dan pelatihan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional serta internasional. Para pembicara menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menghadapi krisis lingkungan yang semakin nyata.
Wakil Menteri HAM RI, Mugiyanto, menegaskan bahwa hak atas lingkungan yang bersih dan sehat merupakan hak asasi manusia yang diakui secara internasional, berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB pada Juli 2022.
" Hak ini sama pentingnya dengan hak untuk hidup, dan menjadi dasar hukum serta etika bagi masyarakat dalam meminta pertanggungjawaban negara dalam menjaga lingkungan," tegasnya.
Ia juga menghargai REACT Day sebagai contoh dalam mengintegrasikan isu lingkungan dalam perayaan Hari Hak Asasi Manusia di masa depan.
Dukungan internasional diungkapkan oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Marc Gerritsen. Ia menyampaikan dukungan penuh dari Pemerintah Kerajaan Belanda terhadap inisiatif lingkungan yang melibatkan pemuda serta komunitas keagamaan di Indonesia.
Gerritsen menekankan bahwa kegiatan lingkungan tidak perlu bersifat formal, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan melalui seni dan budaya agar bisa mencapai lebih banyak pemuda. “Memperbaikigadgetlama, memakai kembali pakaian bekas, serta menghindari kebiasaan boros merupakan tindakan kecil yang bisa memiliki dampak besar," tambahnya.
Ancaman Krisis Lingkungan dan Peran Penting Generasi MudaPemerintah Indonesia menyadari berbagai tantangan ekologis yang rumit. Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Agus Rusly, menjelaskan mengenaitriple planetary crisisyang meliputi kenaikan suhu global, pengurangan keragaman hayati, serta penumpukan limbah plastik.
Ia menyampaikan bahwa sekitar 60% sampah di Indonesia belum dikelola dengan baik. "Menjaga bumi adalah amanat. Dan amanat ini dapat diwujudkan melalui tindakan kecil yang berkelanjutan," kata Agus.
Dalam hal yang sama, Kepala Pusat Kebijakan Strategis Kementerian Kehutanan RI, Muh. Ahdiyar Syahrony, menekankan betapa pentingnya peran Generasi Z dalam memantau kebijakan publik. Menurutnya, pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian dan memerlukan kerja sama dari berbagai sektor.
"Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi penjaga arah kebijakan publik yang ramah lingkungan," katanya, merujuk pada tingginya kesadaran generasi ini terhadap isu keadilan lingkungan dan sosial.
Di tingkat lokal, Wakil Koordinator Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Yustinus Prastowo, mengajak generasi Z untuk berpartisipasi aktif dalam membangun Jakarta yang adil secara ekologis.
Ia menekankan bahwa kebiasaan sederhana seperti memisahkan sampah mampu membentuk sikap peduli lingkungan dan memberikan tekanan positif kepada perusahaan serta pemerintah agar bertindak lebih serius.
Perspektif Keagamaan, Kehidupan Spiritual, dan Budaya LokalREACT Tahun 2025 secara khusus mengangkat peran nilai-nilai agama dan kearifan lokal sebagai dasar dari gerakan lingkungan.
Content creatorkeislaman, Habib Husein Ja'far Al Hadar, menjelaskan bahwa merusak alam sama dengan merusak ayat-ayat Tuhan yang terlihat. Ia menyarankan agar perlindungan lingkungan (hifzhul bi’ah) dimasukkan sebagai tujuan keenam dalam hukum Islam (maqasid syariah) untuk menghasilkan fatwa-fatwa yang lebih modern.
Praktik nyata pengintegrasian nilai agama dengan tindakan lingkungan dijelaskan oleh Silvie Fauziah dari Pesantren Al-Ittifaq, Bandung. Ia menjelaskan bagaimana pesantrennya berhasil menciptakan sistem agribisnis yang berkelanjutan sebagai bagian dari pendidikan spiritual dan ekonomi.
"Santri bukan hanya mahir membaca kitab suci, tetapi juga mampu menjaga bumi dan memberikan kesejahteraan bagi umat," ujar Silvie.
Dari sudut pandang kearifan lokal, Delly Sape menyoroti hubungan masyarakat adat Dayak dengan hutan yang melebihi pemahaman tentang pemanfaatan. Baginya, hutan merupakan tempat tinggal, ruang kehidupan, serta identitas budaya.
"Jika hutan hilang, maka tempat tinggal masyarakat Dayak juga akan ikut menghilang," katanya. Ia menegaskan bahwa jauh sebelum isu lingkungan menjadi topik yang dibicarakan secara global, masyarakat Dayak telah hidup dengan cara yang berkelanjutan dari generasi ke generasi.
Secara keseluruhan, REACT Day 2025 menjadi wadah pengumpulan gerakan lingkungan yang dipimpin oleh pemuda, yang menegaskan bahwa menjaga bumi merupakan tanggung jawab moral, proyek peradaban, dan bentuk iman yang tulus.
Post a Comment