Jakarta, IDN Times -Perusahaan Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney dalam tiga tahun terakhir telah menjalani perubahan bisnis yang mendalam dan menyeluruh.
Sebagai induk perusahaan BUMN di sektor pariwisata dan pendukungnya, InJourney tidak hanya melakukan perubahan struktural serta penggabungan anak perusahaan, tetapi juga melakukan penilaian menyeluruh terhadap arah bisnis dan kinerja keuangan seluruh entitas. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama (Dirut) PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, Maya Wartono dalamDiskusi Menarik oleh IDN Times.
1. Dasar bisnis di Perjalanan terus diperkuat
Maya menjelaskan, perubahan BUMN terus dilakukan sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam menciptakan bisnis yang stabil secara keuangan, efisien dalam operasional, dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Transformasi dimulai dari kesadaran bahwa banyak anak perusahaan telah berdiri selama puluhan tahun, seperti Angkasa Pura yang sudah berusia 40 tahun dan ITDC yang telah mencapai usia 50 tahun, namun belum terintegrasi secara optimal.
Pada awal berdirinya, InJourney mengelola ratusan perusahaan dengan struktur yang rumit dan saling tumpang tindih. Untuk mengatasi masalah tersebut, InJourney melakukan inisiatif penyederhanaan dengan menggabungkan entitas-entitas tersebut ke dalam enam pilar bisnis yang strategis dan saling mendukung.
Maka bagaimana kita melakukan dasar-dasar bisnisreviewdan melakukan perbaikan kondisi keuangan anak perusahaan. Awalnya perusahaan yang memiliki puluhan (anak usaha), kitastreamlining menjadi enam pilar bisnis cluster," ungkap Maya.
2. Journey Aviation Service berfokus pada efisiensi pelayanan di seluruh Indonesia
Berdasarkan pendapat Maya, terdapat enam pilar yang diterapkannya, salah satunya adalah InJourney Airports, yang dibentuk melalui penggabungan PT Angkasa Pura I dan II menjadi satu entitas baru dengan nama PT Angkasa Pura Indonesia.
Penggabungan antara PT Angkasa Pura I dan II menjadi InJourney Airports menghasilkan operator bandara yang menempati peringkat kelima terbesar di dunia, dengan pengelolaan terhadap 37 bandara dan melayani sekitar 172 juta penumpang setiap tahun. Pengelolaan bandara kini tidak lagi dibagi berdasarkan wilayah timur dan barat, tetapi digabung dalam sistem manajemen yang terintegrasi serta fokus pada efisiensi dan kualitas layanan yang sama di seluruh Indonesia.
Kemudian, seluruh anak perusahaan yang sebelumnya berada di bawah Angkasa Pura I dan II juga digabungkan dan difokuskan dalam klaster baru yang diberi nama InJourney Aviation Services. Pilar ini bertanggung jawab mengelola semua layanan pendukung penerbangan, termasukground handling, kargo, dan layanan teknis lainnya. Dengan tindakan ini, tumpang tindih peran antar perusahaan bisa dihilangkan, serta pelayanan menjadi lebih standar dan profesional.
"Kita streamlineseluruh anak perusahaan AP I dan AP II yang lama bergabung dengan In Journey Aviation Service," katanya.
InJourney Aviation Services merupakan perusahaan yang menyediakan berbagai layanan lengkap dalam industri penerbangan. Perusahaan ini menawarkan beragam jenis layanan, seperti Layanan Penanganan di Bandara dan Operasi Terminal Kargo, Logistik, Pariwisata, serta Layanan Operasional.
"Kami memiliki sistem layanan berbasis teknologi yang efisien dengan kehangatan khas Indonesia untuk seluruh bandara," katanya.
3. Sarinah dititikberatkan sebagai pusat budaya
Sementara itu, sektor ritel berfokus pada PT Sarinah yang saat ini tidak hanya dianggap sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga sebagai pusat budaya atauculture center.
Pada perkembangannya, Sarinah akan memperkenalkan produk unggulan dari dalam negeri,souvenirberkualitas, karya dari UMKM, serta pameran seni dan budaya yang menggambarkan kekayaan identitas bangsa Indonesia. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan menjadikan Sarinah sebagai wajah pariwisata perkotaan yang menggabungkan belanja dan rasa percaya diri budaya.
3. Dalam Journey, tersedia pengelolaan destinasi yang lebih profesional
Pilar berikutnya adalah InJourney Hospitalityyang mengelola seluruh portofolio hotel milik perusahaan milik negara yang berada di kawasan wisata utama Indonesia, seperti Mandalika, Nusa Dua, Labuan Bajo, Sanur, serta daerah ekonomi khusus lainnya.
Perusahaan Pengembangan Pariwisata InJourney (ITDC) mengelola kawasan wisata di bawah naungan InJourney. ITDC fokus pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat dan menerapkan prinsip ramah lingkungan, seperti program pengelolaan limbah untuk mencapaizero waste.
Selain itu, destinasi-destinasi budaya dan spiritual seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), serta Ratu Boko kini diatur secara terpusat melalui pilar InJourney Destination Management.
Pengelolaan destinasi yang lebih baik, terkoordinasi, dan memberikan pengalaman yang lebih memuaskan bagi para wisatawan lokal maupun internasional.
4. Dalam perjalanan, fokusnya adalah pada perbaikan dasar-dasar bisnis serta kondisi keuangan yang sehat.
Tidak hanya melakukan perubahan struktural, InJourney juga memprioritaskan penguatan dasar bisnis dan kondisi keuangan. Seluruh entitas yang berada di bawah holding sedang menjalani proses pemulihan keuangan, termasuk melalui berbagai tindakan korporasi strategis. Hasilnya mulai terlihat secara nyata.
Pada tahun 2023, seluruh perusahaan yang berada di bawah InJourney kali pertama melaporkan kondisi keuangan mereka dengan situasi keuangan dalam posisi hijau, menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisi keuangannya stabil. Bahkan, InJourney mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun pada tahun lalu, mengubah situasi kerugian sekitar Rp1 triliun dari tahun sebelumnya.
Namun, keberhasilan finansial ini tidak langsung dijadikan sebagai euforia. Maya menekankan, pencapaian tersebut bukan berasal dari tindakan perusahaan yang mendadak atauone-off transactionhanya, tetapi merupakan hasil dari perbaikan struktural yang bersifat mendasar dan berkelanjutan.
Perusahaan menolak melakukan praktik window dressingdalam penyusunan laporan keuangan dan berkomitmen untuk menciptakan dasar bisnis yang kuat, terbuka, serta benar-benar memberikan nilai jangka panjang.
"Kita gak boleh ada window dressing, tetapi ini adalah bisnis yang mendasar yangsustainable. Nextlakukan perubahan bisnis, model bisnis,public serviceke masyarakat, termasuk di bandara," katanya.
Berikut adalah beberapa dampak status internasional di 30 bandara InJourney Airports: Perjalanan yang Mengubah Sektor Aviasi dan Pariwisata Indonesia
Post a Comment