Vaksin campak berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan penyakitcampakdan menjadi bagian dari program vaksinasi rutin yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Terdapat dua jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit campak. Pertama, vaksin MR yang melindungi terhadap campak dan rubella. Kedua, vaksin MMR yang tidak hanya mencegah campak dan rubella, tetapi juga menghindarkan dari gondongan.
Vaksin campak, baik dalam bentuk MR maupun MMR, telah terbukti ampuh dalam mencegah penyakit menular yang berpotensi mengancam kesehatan. Sayangnya, banyak orang masih meragukan atau enggan menerima vaksinasi karena pengaruh berbagai mitos mengenai vaksin campak. Mulai dari keyakinan bahwa vaksin dapat menyebabkan penyakit tertentu, membuat tubuh menjadi lemah, hingga isu-isu lain yang tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Padahal, kesalahpahaman ini bisa berisiko. Sebaliknya dari melindungi diri sendiri dan orang di sekitar, menolak vaksin justru memperluas kemungkinan penyebaran campak kembali. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara fakta yang valid dan mitos yang tidak berdasar.
Mitologi: Vaksin campak menyebabkan penyakit campak
Faktanya, vaksin campak tidak menyebabkan seseorang tertular campak.
Vaksin campak bekerja dengan cara "mengajarkan" tubuh untuk mengenali virus campak. Dengan demikian, ketika suatu saat kamu atau anak terpapar virus yang sebenarnya, sistem kekebalan tubuh sudah siap untuk menangkalnya.
Setelah menerima vaksin, beberapa orang mungkin mengalami demam ringan atau kadang disertai dengan ruam. Namun, hal ini hanya merupakan respons tubuh terhadap vaksin, bukan gejala campak dan sama sekali tidak menular.
Untuk perlindungan terbaik, dokter biasanya menyarankan dua dosis vaksin MMR. Satu kali suntikan telah terbukti efektif mencegah penyakit campak sebesar 93 persen, sedangkan dua dosis meningkatkan tingkat perlindungan hingga 97 persen.
Vaksin campak telah digunakan selama lebih dari enam dekade. Pada tahun 1961, vaksin ini diapresiasi karena memiliki tingkat keberhasilan 100 persen dan vaksin campak pertama resmi diperkenalkan untuk masyarakat pada tahun 1963. Vaksin ini terbukti sangat aman serta efisien.
Mitologi: Vaksin campak dapat menyebabkan autisme
Fakta menunjukkan bahwa vaksin campak tidak memicu autisme. Tidak ada jenis vaksin yang dapat menyebabkan kondisi tersebut.
Isu ini muncul dari sebuah penelitian kecil di akhir tahun 1990-an yang menghubungkan vaksin dengan autisme. Namun, setelah dilakukan evaluasi kembali, para ilmuwan menemukan berbagai masalah besar dalam data maupun metode penelitian tersebut. Dokter yang merilis studi tersebut akhirnya kehilangan izin praktiknya karena terbukti melanggar etika dan memalsukan hasil penelitiannya.
Sejak saat itu, berbagai penelitian lanjutan dilakukan di berbagai negara dengan jumlah peserta yang jauh lebih besar. Hasilnya konsisten: tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kaitan antara vaksin, termasuk vaksin campak, dengan autisme.
Dengan kata lain, vaksin campak dapat digunakan dengan aman, dan manfaatnya dalam menghindari penyakit jauh lebih besar dibandingkan kekhawatiran yang timbul dari mitos yang tidak benar.
Legenda: Lebih baik terkena campak secara alami daripada menerima vaksin campak
Fakta menunjukkan bahwa vaksin campak jauh lebih aman dibandingkan tertular penyakit campak.
Beberapa orang mungkin mengira bahwa tertular campak secara alami dapat memberikan imunitas yang lebih baik. Namun, kenyataannya berbeda. Vaksin campak telah terbukti aman, sedangkan infeksi campak justru berisiko, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Infeksi campak dapat menimbulkan kondisi yang sangat parah dan dalam beberapa situasi bisa berujung pada kematian. Vaksin merupakan metode paling efektif untuk mencegah penyakit ini, serta tidak memiliki dampak negatif jangka panjang.
Dengan kata lain, vaksin memberikan perlindungan tanpa perlu mengambil risiko nyawa atau kesehatan jangka panjang.
Beberapa gangguan yang mungkin muncul terkait penyakit campak antara lain:
Infeksi telinga terjadi pada sekitar 10% anak yang menderita campak.
Diare terjadi pada kurang dari 1 dari 10 individu yang menderita campak.
Kelompok yang berisiko tinggi
Campak dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi semua usia, namun kelompok berikut lebih rentan mengalami komplikasi:
Anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Orang yang berusia lebih dari 20 tahun.
Ibu hamil.
Orang yang memiliki sistem imun yang rendah, seperti akibat kanker darah atau infeksi HIV.
Komplikasi serius pada anak-anak dan orang dewasa
Dalam beberapa situasi, penyakit campak dapat memicu komplikasi berbahaya seperti:
Rawat inap.
Pneumonia, adalah penyebab kematian paling sering terjadi akibat campak pada anak-anak.
Ensefalitis (radang otak)yang dapat memicu kejang, gangguan pendengaran, atau disabilitas intelektual.
Kematian, akibat gangguan pada sistem pernapasan atau otak.
Komplikasi pada kehamilan.Jika ibu yang sedang mengandung belum mendapatkan vaksin MMR, infeksi campak dapat menyebabkan kelahiran sebelum waktunya atau berat badan bayi yang rendah saat lahir.
Komplikasi jangka panjang yang jarang terjadi namun berbahaya
Subacute sclerosing panencephalitis(SSE) merupakan komplikasi yang jarang terjadi tetapi berbahaya pada sistem saraf pusat. Kondisi ini muncul bertahun-tahun setelah seseorang pulih dari penyakit campak.
SSPE biasanya muncul antara 7 hingga 10 tahun setelah infeksi campak, meskipun sebelumnya tampak sepenuhnya pulih. Risiko SSPE lebih besar jika seseorang terkena campak saat berusia di bawah 2 tahun.
Mitologi: Vaksin campak tidak mencegah penyakit parah atau kematian—angka kematian akibat campak telah menurun jauh sebelum vaksin ditemukan, dan saat ini tidak lagi menyebabkan kematian.
Faktanya:
Campak masih berbahaya, terutama ketika cakupan vaksinasi rendah.Pada tahun 2023, diperkirakan sebanyak 107.500 orang meninggal akibat penyakit campak di seluruh dunia, dengan mayoritas korban adalah anak-anak yang belum atau tidak lengkap mendapatkan vaksinasi. Sejak tahun 2000, program imunisasi campak diperkirakan telah mencegah lebih dari 60 juta kematian. Data ini menunjukkan bahwa campak masih tetap "berbahaya".
Di Indonesia, kematian masih terjadi meskipun terjadi wabah penyakit dan tingkat vaksinasi yang rendah.KLB campak Sumenep(Jawa Timur) 2025: 2.035 kasus yang dicurigai, 17 kematian; data pemerintah daerah/Kemenkes menyebut sebagian besar korban belum pernah menerima vaksin. Responsnya: dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) dengan pengiriman 9.825 vial vaksin MR. Fakta lokal ini menyanggah klaim campak "tidak lagi berbahaya".
Penurunan yang signifikan dalam kasus atau kematian terjadi setelah vaksin diperkenalkan, bukan sebelumnya.Sebelum vaksin tersedia (sebelum tahun 1963 di Amerika Serikat), setiap tahun terjadi sekitar 3–4 juta kasus campak, sekitar 48.000 pasien dirawat inap, dan 400–500 kematian. Setelah program imunisasi dilaksanakan secara luas, jumlah kasus dan kematian menurun drastis, sehingga campak pernah tidak lagi menjadi penyakit endemik di AS.
Ketika cakupan vaksin menurun, wabah dan angka kematian kembali meningkat.Kurangnya vaksinasi selama wabah menyebabkan kenaikan 43 persen kematian akibat campak pada 2022 dibandingkan 2021 di tingkat global, menunjukkan hubungan langsung antara cakupan vaksin dan beban penyakit.
Vaksin MMR efektif tinggi. Satu dosis vaksin campak dapat mencegah sekitar 93 persen kasus, sedangkan dua dosis mencapai sekitar 97 persen—ini merupakan alasan mengapa penggunaan dua dosis dijadwalkan dalam program imunisasi.
Gerakan MR mengurangi jumlah kasus di Indonesia.Setelah kampanye MR pada 2017–2018, laporan evaluasi bersama WHO/SEARO menunjukkan penurunan kasus campak dan rubella. Ini berarti vaksinasi berhasil mengurangi penyebaran serta dampak yang serius.
Oleh karena itu, kematian masih terjadi meskipun banyak anak belum mendapatkan vaksinasi. Secara global, jutaan nyawa telah terselamatkan berkat vaksin campak, dan peningkatan kasus serta kematian muncul ketika cakupan vaksin menurun. Vaksin MR/MMR tetap menjadi metode paling aman dan efektif untuk menghindari penyakit parah dan kematian akibat campak.
Pastikan anak menerima vaksinasi sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi anak berdasarkan IDAI tahun 2024: Vaksin MR diberikan secara subkutan mulai usia 9 bulan, dosis kedua pada usia 15-18 bulan, dan dosis ketiga saat usia 5-7 tahun. Jika hingga usia 12 bulan belum mendapatkan MR, dapat diberikan MR/MMR, dengan dosis kedua diberikan setelah interval 6 bulan, dan dosis ketiga pada usia 5–7 tahun.
Remaja yang belum pernah menerima vaksin sebelumnya disarankan untuk mendapatkan dua dosis dengan jarak paling sedikit 28 hari. Jika sebelumnya hanya menerima satu dosis, maka diperlukan penambahan satu dosis lagi agar perlindungan menjadi lebih maksimal.
Referensi
Apakah Vaksin MMR Menyebabkan Kecacatan Autisme? Periksa Fakta Terkini Kongres Besar Campak di Sumenep, Ini Fakta Penting Mengenai Penyakit Campak 5 Kesalahpahaman Umum tentang Penyakit Campak yang Sering DipercayaSejarah Vaksin Campak.World Health Organization. Diakses Agustus 2025.
"Measles Vaccination." Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Diakses Agustus 2025.
Fakta campak: 8 mitos yang diperjelas.Children's Health. Diakses Agustus 2025.
"Autism and Vaccines." Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Diakses Agustus 2025.
Campak: Penyebab, Tanda-Tanda, Pengobatan, Komplikasi.IDN Times. Diakses Agustus 2025.
"Measles." World Health Organization. Diakses Agustus 2025.
"Measles Cases and Outbreaks."Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Diakses Agustus 2025.
Anna A. Minta dkk., “Kemajuan Menuju Penghapusan Campak — Secara Global, 2000–2022,”Laporan Morbiditas dan Mortalitas Mingguan MMWR72, nomor 46 (16 November 2023): 1262–68,https://doi.org/10.15585/mmwr.mm7246a3.
"Program pengembangan nasional/internasional untuk imunisasi dan peninjauan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Indonesia, 10–18 Februari 2020" (PDF).Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia untuk Asia Tenggara. Diakses Agustus 2025.
"Vaksinasi Campak" (PDF).Sociologi Penyakit Menular Amerika Serikat.Diakses Agustus 2025.
Apa saja fakta dan anggapan yang beredar mengenai vaksinasi?Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses Agustus 2025.
Post a Comment