KASUS saraf kejepitsemakin sering dialami oleh masyarakat. Metode penanganan kasus ini terus berkembang. Dokter Spesialis Bedah Saraf yang menjadi pelopor Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS) di Indonesia, Wawan Mulyawan, menjelaskan ada teknik terbaru dalam pengobatan saraf kejepit yang dapat memperluas kemampuan para dokter.dokterdi Indonesia dalam menangani kasus yang terkait dengan bagian tulang belakang. "Yang terbaru adalah teknik BESS ini," ujarnya dalam acara Workshop dengan tema '1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia' pada 15 Agustus 2025.

Tindakan Bedah Tulang Belakang Endoskopi Biportal merupakan cara operasi yang minim invasif untuk menangani masalah pada tulang belakang. Teknik ini hanya memerlukan luka kecil sepanjang 0,5 sentimeter di dua titik pemotongan. Hal ini menyebabkan rasa sakit berkurang dan proses pemulihan menjadi jauh lebih cepat.

Ahli bedah saraf spesialis yang menjadi pelopor operasi bedah tulang belakang endoskopi biportal (BESS) di Indonesia, Wawan Mulyawan, berada di antara para ahli endoskopi BESS dari Korea, yaitu Dokter Daejung Choi dan Dokter Sung Won Cho/Tempo-Mitra Tarigan

Metode ini mengurangi kerusakan pada otot dan ligamen di sekitar tulang belakang. Pasien diharapkan dapat pulih lebih cepat setelah menjalani operasi. "Di dunia, teknik ini baru dikembangkan pada tahun 2018. Sementara di Indonesia baru muncul sejak 2021," ujar Wawan yang menyatakan dirinya salah satu dokter pertama di Indonesia yang mempelajari metode tersebut di Korea Selatan.

Saat ini jumlah dokter yang mampu melakukan operasi dengan teknik tersebut masih terbatas, hanya sekitar 50 orang. Angka ini berbeda dengan jumlah dokter yang ahli dalam penggunaan teknik bedah mikroskopis atau bahkan teknik bedah terbuka. "Menurut saya sudah ada ratusan dokter yang mampu melakukan teknik bedah mikroskopis dan semua dokter bedah pasti bisa melakukan operasi dengan teknik bedah terbuka untuk mengatasi kasus saraf kejepit," ujar Wawan.

Wawan menyatakan bahwa teknik bedah mikroskopis sudah cukup dikenal di kalangandokter bedahSudah semakin banyak rumah sakit yang menyediakan alat mikroskopis untuk mendukung metode bedah tersebut. Namun, luka dari teknik bedah mikroskopis biasanya masih lebih besar dibandingkan teknik BESS. "Dalam teknik ini, sayatan sekitar panjangnya 3-5 sentimeter," katanya.

Spesialis Bedah Saraf Sigma Brain & Spine Center di RS Jakarta, Dimas Rahman, menambahkan bahwa BESS juga efektif dalam mengatasi penyempitan kanal tulang belakang (stenosis), kista, serta beberapa kasus tumor kecil di wilayah tersebut. "Sehingga pasien lebih cepat pulih dan dapat langsung pulang. Jadi cepat pulang," ujar Dimas.

Spesialis Bedah Saraf Sigma Brain & Spine Center di RS Jakarta Dimas Rahman/Tempo-Mitra Tarigan

Ia menambahkan, metode ini sangat bermanfaat bagi pasien yang ingin segera kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Sejak tahun 2021, setidaknya 5.000 pasien telah mendapatkan layanan operasi BESS. Tingkat keberhasilannya tergolong memuaskan. Dimas menyatakan, angka keberhasilan tindakan BESS ini melebihi 95 persen. Ia berharap stigma masyarakat yang menganggap operasi saraf kejepit di tulang belakang menyebabkan kelumpuhan dapat hilang dengan teknik bedah terbaru ini.

Untuk meningkatkan jumlah dokter yang menguasai teknik tersebut, RS Jakarta menyelenggarakan pelatihan khusus bernama “1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia” pada 15–16 Agustus 2025. Pelatihan ini memberikan kesempatan istimewa bagi dokter spesialis bedah saraf untuk belajar langsung teknik operasi terbaru dari para ahli bedah berpengalaman dalam prosedur Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS).

Workshop yang diadakan di RS Jakarta akan terbagi menjadi dua sesi. Pada hari pertama (15 Agustus), fokusnya adalah endoskopi BESS dengan pendekatan Interlaminar Lumbar. Sementara itu, pada hari kedua (16 Agustus), akan dibahas secara mendalam mengenai pendekatan Interlaminar Cervical.

Selama dua hari pelatihan, peserta tidak hanya akan mengikuti sesi pembelajaran teori tetapi juga menyaksikan langsung tindakan BESS, serta melakukan pengujian pada jenazah sebagai bentuk latihan. “Workshop ini akan menjadi wadah penting untuk berbagi pengetahuan,” ujar Direktur RS Jakarta Dina Harum.

Pelatihan tersebut juga mengundang dua pembicara utama, yaitu ahli endoskopi BESS dari Korea, Dokter Daejung Choi, dan Dokter Sung Won Cho dari International Faculty. "Dokter Choi adalah salah satu pendiri ilmu teknik BESS ini," ujar Wawan.

Post a Comment

Previous Post Next Post