
Laporan jurnalis masrizky.biz.id, Maria Vianey Gunu Gokok
masrizky.biz.id, SOE- Kepala Dinas Kesehatan TTS, dr. RA Karolina Tahun menyebut Malaria masih menjadi tantangan lama di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan TTS, dr. RA Karolina Tahun, yang diwawancara pada Jumat (22/8/2025), menyatakan bahwa berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tahun 2021, tercatat sebanyak 50 kasus malaria. Angka ini meningkat tajam pada tahun 2022 menjadi 696 kasus.
Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2023, dengan total 521 kasus.
Kecamatan Kualin menjadi wilayah dengan jumlah kasus malaria terbanyak, yaitu sebanyak 254 kasus, dengan angka API sebesar 11,94 per seribu penduduk. Berikutnya adalah Kecamatan Nunkolo dan Kecamatan Boking.
Pada tahun 2024, jumlah kasus malaria mengalami penurunan menjadi 154. Kecamatan Nunkolo meningkat menjadi wilayah dengan kontribusi terbesar terhadap kasus malaria dengan total 84 kasus, diikuti oleh Kecamatan Boking.
Pada Agustus 2025, jumlah kasus malaria di Kabupaten TTS mengalami peningkatan hingga mencapai 207 kasus.
Kelompok yang rentan terhadap malaria umumnya meliputi ibu hamil, anak balita yang sakit, para perjalanan dari daerah yang memiliki wabah, serta penduduk di daerah yang menjadi endemis. Berdasarkan data tahun 2025, Kecamatan Nunkolo menjadi wilayah dengan tingkat endemis malaria tertinggi saat ini, kata dia.
Berbagai langkah dilakukan oleh dinas kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan, dr. RA Karolina Tahun menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Bupati mengenai Eliminasi Malaria di Kabupaten TTS, Nomor 38 Tahun 2022, maka dalam upaya menurunkan angka malaria, dilakukan pencarian, pengambilan, dan pemeriksaan sampel darah malaria dengan target ABER 30 persen.
"Selain itu, langkah yang kami ambil seperti pengobatan standar dengan pengawasan minum obat langsung oleh tenaga kesehatan selama pengobatan malaria, pengendalian lingkungan melalui survei reseptif, pengangkatan larva, dan penggunaan kelambu," katanya pada Jumat (22/8/2025).
Dr. Karolina melanjutkan langkah persuasif lain yang juga dilakukan Dinkes TTS, yaitu dengan melakukan sosialisasi GLAN Malaria (Gerakan Menggunakan Lotion Anti Nyamuk Malaria).
Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi cukup banyak. dr. Karolina mengatakan bahwa iklim dan curah hujan berdampak pada peningkatan perkembangbiakan nyamuk.
"Kami berada di TTS, dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun dan lingkungan tropis yang menyebabkan banyak genangan air, sehingga menjadi tempat yang sempurna bagi nyamuk untuk berkembang biak, yang memperluas habitat nyamuk," katanya.
Ia melanjutkan perubahan perilaku nyamuk anopheles yang tidak hanya menggigit pada malam hari, tetapi juga di pagi dan siang hari, menjadi kendala.
"Selain itu, perpindahan penduduk dari daerah yang terjangkit mungkin dilakukan untuk berkunjung atau menemui keluarga di daerah yang memiliki wabah malaria, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit tersebut," katanya.
Kondisi kemiskinan ekstrem juga turut berdampak. Menurut dr. Karolina, pola penggunaan kelambu insektisida belum sepenuhnya diterapkan oleh seluruh masyarakat, atau meskipun sudah menggunakan, tetapi telah melebihi dua tahun. Sementara itu, untuk desa terpencil yang menjadi kawasan dengan tingkat malaria tertinggi, akses ke fasilitas kesehatan sangat sulit.
"Sebenarnya terdapat banyak hambatan. Mulai dari lingkungan, masyarakat dan fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan kita, serta keterbatasan dana. Ditambah lagi dengan jangkauan pelayanan yang masih sulit mencapai desa-desa terpencil. Kemiskinan dan keterbatasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup membuat hidup bersih dan sehat menjadi sulit," tambahnya.
Sementara itu, kendala yang dihadapi oleh fasilitas kesehatan, menurut dr. Karolina, adalah keterbatasan logistik malaria seperti BMHP slide malaria dan reagen untuk pewarnaan di TTS. Selain itu, belum semua tenaga analis kesehatan memiliki kompetensi dalam melakukan pengambilan, pewarnaan, dan pembacaan sediaan darah malaria.
Situasi ini menjadi tantangan bagi Dinkes serta masyarakat di TTS. dr. Karolina menyatakan akan terus mengambil langkah penurunan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan demi Kabupaten TTS bebas malaria.
Kami terus berupaya, dan semoga Kabupaten TTS dapat mengumumkan penghapusan malaria pada tahun 2027. Hal ini mungkin tercapai jika masyarakat kita aktif berpartisipasi dalam menjaga lingkungan agar bebas dari tempat perkembangbiakan jentik dan sarang nyamuk," katanya.
Selain itu, Kepala Dinas Kesehatan juga menyampaikan bahwa seluruh komponen, baik tenaga kesehatan, pemerintah, maupun masyarakat bekerja sama dalam pencegahan dan pengendalian malaria, serta segala hambatan dapat diatasi maka tujuan tersebut bisa tercapai, sehingga tidak perlu ada kasus malaria atau bahkan kematian akibat malaria," katanya. (any)
Ikuti berita masrizky.biz.iddiGOOGLE NEWS
Post a Comment