GELOMBANG panas yang melanda Eropa membuat penyejuk udara (AC) makin dibutuhkan di beberapa negara, salah satunya Italia. Beberapa tahun belakangan, Italia dilanda gelombang panas dengan suhu mencapai 48 derajat Celsius di wilayah Sisilia dan Sardinia, menurut Euronews. pada Selasa, 15 Juli 2025.

Sebagian besar wilayah Eropa Barat suhu mencapai 40 derajat Celsius. Sejak pekan lalu, berbagai wilayah di eropa sedang mengalami gelombang panas, seperti di London, Paris, Frankfurt, Budapest, Zagreb (Kroasia), Athena, Roma, Milan, Sassari (Italia), Barcelona, Madrid, dan Lisbon.

Gelombang panas merupakan periode cuaca dengan suhu yang sangat tinggi secara tidak biasa dan berlangsung selama beberapa hari hingga minggu, melebihi rata-rata suhu normal di suatu wilayah dan musim. Kondisi ini umumnya terjadi ketika sistem tekanan tinggi yang kuat menetap di suatu area, menjebak udara panas di dekat permukaan bumi serta menghambat pembentukan awan, sehingga sinar matahari langsung menyinari dan memanaskan permukaan tanpa halangan.

Fenomena ini kian sering terjadi dengan intensitas yang meningkat karena perubahan iklim global, yang mendorong naiknya suhu rata-rata serta memperbesar kemungkinan terjadinya gelombang panas. Gelombang panas ini dapat membawa dampak besar terhadap kesehatan manusia, sektor pertanian, infrastruktur, dan juga memperparah potensi terjadinya kebakaran hutan.

Panas Ekstrem

Gelombang panas yang saat ini terjadi di Eropa diperkirakan telah menyebabkan sekitar 2.300 kematian, berdasarkan sebuah studi yang dirilis pada Rabu, 9 Juli 2025.

Dari jumlah tersebut, sekitar 1.500 kematian diduga terkait langsung dengan dampak perubahan iklim, yang menyebabkan gelombang panas menjadi semakin ekstrem di seluruh kawasan. Hal ini diungkapkan dalam penelitian oleh para ilmuwan dari Imperial College London dan London School of Hygiene and Tropical Medicine, sebagaimana diberitakan oleh Anadolu.

"Temuan ini, bersama banyak analisis lain, menunjukkan dengan jelas bahwa suhu ekstrem di Eropa meningkat pesat akibat perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia," demikian isi laporan tersebut. Penelitian juga mencatat bahwa beberapa kota mengalami kenaikan suhu hingga 4 derajat Celsius.

Studi tersebut memperingatkan bahwa intensitas gelombang panas akan terus meningkat di masa mendatang, yang berpotensi memperbesar angka kematian.

Bahaya Gelombang Panas

Dikutip Aljazeera pada Rabu, 9 Juli 2025, para peneliti memanfaatkan model epidemiologi yang sudah terbukti serta data kematian historis untuk memperkirakan jumlah korban jiwa, khususnya kematian yang disebabkan langsung oleh panas ekstrem, termasuk kasus di mana suhu tinggi memperburuk kondisi kesehatan yang telah ada sebelumnya.

Untuk memahami dampak perubahan iklim, mereka membandingkan tingkat keparahan gelombang panas saat ini dengan situasi di dunia tanpa pemanasan global akibat emisi besar-besaran dari pembakaran bahan bakar fosil. Hasilnya menunjukkan bahwa tanpa pengaruh perubahan iklim buatan manusia, suhu gelombang panas akan 2 hingga 4 derajat Celsius lebih rendah di hampir semua dari 12 kota yang dikaji. Kenaikan suhu ini secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan di wilayah tersebut.

“Kenaikan suhu ini menempatkan kelompok tertentu dalam bahaya yang lebih besar,” kata Ben Clarke, seorang peneliti di Imperial College London. “Bagi sebagian orang, cuacanya mungkin masih terasa hangat dan menyenangkan. Tapi sekarang, bagi sebagian besar populasi, kondisi ini jauh lebih berisiko,” ujarnya kepada media.

Gelombang panas sangat membahayakan terutama bagi lansia, penderita penyakit, anak-anak, para pekerja lapangan, dan siapa pun yang berada dalam suhu tinggi terlalu lama tanpa akses perlindungan.

Risiko kesehatan juga meningkat tajam di wilayah perkotaan, di mana panas terserap oleh jalanan beraspal dan gedung-gedung, menyebabkan suhu di kota jauh lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa mereka menggunakan pendekatan ilmiah yang sudah melalui proses tinjauan sejawat untuk dengan cepat menghasilkan estimasi korban jiwa, mengingat sebagian besar kematian akibat panas tidak dilaporkan secara resmi dan beberapa pemerintah enggan merilis data tersebut. Estimasi akhir yang lebih akurat kemungkinan baru tersedia dalam hitungan minggu.

“Hanya dengan kenaikan suhu 2 hingga 4 derajat Celsius selama gelombang panas bisa menjadi penentu antara hidup dan mati bagi ribuan orang,” ungkap Garyfallos Konstantinoudis, dosen di Imperial College London.

"Itulah sebabnya gelombang panas sering dijuluki sebagai pembunuh senyap. Banyak kematian akibat panas terjadi di dalam rumah atau rumah sakit, jauh dari perhatian publik, dan jarang dicatat secara resmi," katanya kepada wartawan.

Bagian Eropa yang Dilanda Gelombang Panas

Prancis tengah menghadapi gelombang panas ekstrem, sebagaimana dilaporkan oleh Antara. Menteri Transisi Ekologi, Agnes Pannier-Runacher, mengonfirmasi bahwa dua orang meninggal dunia dan lebih dari 300 lainnya menjalani perawatan di rumah sakit akibat suhu panas yang melanda wilayah tersebut.

Menteri Kesehatan Prancis Catherine Vautrin, menyatakan bahwa terjadi lonjakan besar dalam jumlah panggilan layanan darurat setelah suhu mencapai titik tertinggi pada Selasa, 1 Juli 2025. "Kami mencatat kenaikan 15 persen dalam panggilan medis darurat di wilayah Ile-de-France kemarin, ini peningkatan yang mengkhawatirkan," ujarnya kepada radio RMC.

Di wilayah selatan Provence-Alpes-Cote d’Azur, sekitar 8.000 rumah kehilangan pasokan listrik akibat infrastruktur bawah tanah yang terlalu panas dan menyebabkan pemadaman, menurut laporan BFMTV yang mengutip Enedis, operator jaringan energi.

Sementara itu di Izmir, wilayah Aegean, Turki, kebakaran hutan menewaskan dua orang dan merusak lebih dari 100 rumah. Di Pulau Kreta, Yunani, lebih dari 5.000 orang telah dievakuasi, dan evakuasi juga dilakukan di wilayah timur Jerman akibat kebakaran serupa.

Upaya Mitigasi

Di Yunani, para relawan membantu tim pemadam kebakaran dengan memberikan pertolongan pertama dan bantuan medis kepada para pengungsi. Di Turki, tim Bulan Sabit Merah mendistribusikan makanan, air, dan bantuan lainnya.

Di Makedonia Utara, tim bantuan bergerak untuk menyediakan air minum dan pelindung matahari bagi para migran yang terpapar panas ekstrem. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperingatkan bahwa ini baru awal dari musim panas yang panjang dan penuh risiko.

Perubahan Iklim

Seorang ilmuwan iklim Julien Nicolas, menekankan pentingnya tindakan segera untuk mengatasi penyebab utama perubahan iklim serta mendorong masyarakat agar mampu beradaptasi dengan dunia yang semakin panas dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.

“Biasanya kejadian seperti ini terjadi pada pertengahan Juli atau Agustus,” ujar Nicolas, peneliti senior di C3S, kepada Xinhua. “Namun sekarang, peristiwa tersebut muncul jauh lebih awal, sejalan dengan tren pemanasan global jangka panjang.”

Ia menekankan perlunya langkah konkret untuk menangani sumber utama pemanasan global, yaitu meningkatnya emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, dan mendesak agar emisi tersebut segera dikurangi.

“Tindakan terhadap krisis iklim kini lebih mendesak dari sebelumnya,” katanya.

Nurdin Saleh dan Sita Planasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Post a Comment

Previous Post Next Post