https://www.masrizky.biz.id/, JAKARTA - Sejumlah pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam beberapa komunitas di Jabodetabek menyatakan keberatan terhadap wacana mengubah potongan aplikasi dari 20 persen menjadi 10 persen.

Ketua URC Bekasi Bersatu Hadi Darsono menyebut pengemudi daring masih bisa menikmati berbagai manfaat dengan skema potongan saat ini.

"Kami sadar bahwa sistem yang kami nikmati sekarang tidak berdiri sendiri. Potongan komisi itu kembali ke kami dalam bentuk perlindungan dan dukungan," ujar dia dalam pernyataan dikutip Sabtu (19/7).

Dia menuturkan potongan 20 persen dialokasikan ke berbagai fasilitas untuk pengemudi, semisal asuransi kecelakaan, layanan darurat 24 jam, pusat bantuan komunitas, serta pemeliharaan teknologi.

“Kalau komisi dipaksa diturunkan drastis, siapa yang menjamin semua itu tetap ada," tanya Hadi.

Hal senada disampaikan Indra Jaya, Ketua Driver Ojol Klender yang menyinggung ekosistem pengantaran daring tak hanya dipegang pengemudi.

Dia mengatakan penumpang dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berpotensi terdampak ketika potongan 20 menjadi 10 persen diterapkan.

"Kalau sistem ini diganggu, efeknya bisa seperti domino. Bukan cuma kami yang kena, tetapi semua yang menggantungkan hidup pada ekosistem digital ini,” kata Indra.

Ketua Komunitas Driver Online Grab Ruli Gunawan menyebut penting bagi pengemudi daring memperhatikan keberlanjutan inovasi teknologi dan fitur keamanan apliasi.

Ruli menyebut potongan 20 persen menjadi bagian dari investasi berkelanjutan agar aplikasi tetap aman, andal, dan kompetitif untuk mendukung keseharian para pengemudi. 

“Kami tidak ingin kembali ke zaman sebelum aplikasi. Sekarang kami punya panic button, pelacakan real-time, bahkan akses edukasi dan bantuan hukum. Semua itu ada karena sistem ini dibiayai dari komisi," kata dia.

Ruli menganggap potongan komisi dari 20 sampai 10 persen membuat aplikasi bisa menurunkan beragam fasilitas.

"Kalau dipangkas setengahnya, bagaimana Grab atau aplikator lain bisa bertahan dan terus melindungi kami?” ujarnya.

Ketua Komunitas Driver Online Shelter Grab MBH Chris mengatakan perubahan komisi secara biss berdampak serius terhadap psikologi kerja mitra di lapangan. 

Dia menekankan bahwa mitra lebih membutuhkan kepastian daripada kebijakan populis yang bisa mengganggu ekosistem.

"Kalau sistem promo hilang, bonus dikurangi, atau bantuan darurat dihentikan karena aplikasi kekurangan anggaran, siapa yang rugi? Kami juga. Jadi tolong jangan buat keputusan hanya karena tekanan politik sesaat,” ujar Chris.

Para komunitas pengemudi ojol kemudian meneken pernyataan yang intinya menolak potongan komisi diputuskan tanpa kajian.

Komunitas pengemudi ojol juga memutuskan untuk tidak turun ke jalan 21 Juli 2025 nanti yang menuntut diubahnya komisi 20 persen. (ast/jpnn)

Post a Comment

Previous Post Next Post