
https://www.masrizky.biz.id/ - Komunitas ojek online (ojol) menyatakan mendukung komisi 20 persen. Mereka menolak isu penurunan menjadi 10 persen karena khawatir akan membuat sistem yang sudah berjalan menjadi rusak, hingga akhirnya merusak keberlanjutan penghasilan mitra pengemudi.
Kelompok ojol ini juga telah menyuarakan aspirasinya dengan menggelar unjuk rasa di area Patung Kuda Monas, Jakarta Selatan pada Kamis (17/7). Komunitas menilai, skema 20 persen yang saat ini diterapkan masih layak dipertahankan demi keberlangsungan pengemudi maupun aplikator.
Para pengemudi justri resah bila perubahan kebijakan tanpa kajian menyeluruh justru bisa merusak sistem yang sudah berjalan dan menimbulkan ketidakpastian di lapangan. Terlebih, potongan 20 persen selama ini dialokasikan untuk berbagai fasilitas seperti asuransi kecelakaan, layanan darurat 24 jam, pusat bantuan komunitas, serta pemeliharaan teknologi aplikasi.
“Kami sadar bahwa sistem yang kami nikmati sekarang tidak berdiri sendiri. Potongan komisi itu kembali ke kami dalam bentuk perlindungan dan dukungan. Kalau komisi dipaksa diturunkan drastis, siapa yang menjamin semua itu tetap ada?,” ujar Ketua URC Bekasi Bersatu, Hadi Darsono dalam keterangannya, Sabtu (21/9).
Pernyataan serupa disampaikan oleh Indra Jaya, Aspirasi senada juga disampaikan oleh Ketua Driver Ojol Klender, Indra Jaya. Menurutnya, pekerjaan sebagai driver online bukan hanya soal mengantar penumpang atau makanan, tapi juga menjadi tulang punggung bagi banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergantung pada layanan platform digital.
“Layanan kami tidak berdiri sendiri. Mitra warung, restoran, hingga toko kelontong ikut hidup bersama kami. Kalau sistem ini diganggu, maka efeknya bisa seperti domino. Bukan cuma kami yang kena, tapi semua yang menggantungkan hidup pada ekosistem digital ini,” ucap Indra.
Sementara itu, Ketua Komunitas Driver Online Grab, Ruli Gunawan menyoroti pentingnya keberlanjutan inovasi teknologi dan fitur keamanan yang selama ini mendukung keseharian para driver. Layanan ini tidak boleh dihilangkan demi menjaga keselamatan pengemudi.
“Kami tidak ingin kembali ke zaman sebelum aplikasi. Sekarang kami punya panic button, pelacakan real-time, bahkan akses edukasi dan bantuan hukum. Semua itu ada karena sistem ini dibiayai dari komisi. Kalau dipangkas setengahnya, bagaimana Grab atau aplikator lain bisa bertahan dan terus melindungi kami?,” tandasnya.
Post a Comment