
MasRizky – Setiap hari, jutaan meme berseliweran di media sosial dari yang sekadar lucu, hingga yang menyindir kondisi sosial secara tajam.
Memes sudah menjelma sebagai lingo digital terbaru di dunia maya, sebuah metode singkat untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, dan hingga kritik seseorang.
Namun apakah sudah pernah terbayang bahwa meme-meme lucu tersebut mungkin telah diciptakan dengan menggunakan kecerdasan buatan?
Dalam kemajuan cepat teknologi AI, timbul pertanyaan baru: bisakah AI mengungguli kekreatifan manusia dalam menciptakan huma digital?
Menurut laporan yang dikutip dari Neurosciencenews, para peneliti di Eropa baru-baru ini melakukan sebuah studi besar-besaran dengan tujuan untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut. Mereka mengadakan perbandingan antara hasil kreasi meme ciptaan manusia, oleh kecerdasan buatan (AI), serta kombinasi kedua elemennya dalam suatu proyek kolaboratif.
Hasilnya sungguh tak terduga dan mengungkap perspektif baru tentang batasan kreasi antara manusia dengan perangkat mesin.
Kolaborasi Antara manusia dan AI Dalam Pengembangan Meme
Pada penelitian bersama yang dilakukan oleh KTH Royal Institute of Technology, LMU Munich, dan TU Darmstadt, tim ilmuwan menyelidiki betapa jauhnya kecerdasan buatan (AI) bisa berpartisipasi dalam membuat meme internet secara kreatif.
Penelitian ini menganalisis tiga grup berbeda: orang-orang yang menciptakan meme secara mandiri, individu yang bekerjasama dengan model bahasa besar (LLM) dalam pembuatan meme, dan LLM yang bertindak solo untuk menghasilkan meme.
Peserta mengaplikasikan berbagai template meme terkenal semacam Doge, Futurama Fry, serta Boromir yang dikenali dari kalimat “One does not simply...”.
Kemudian, hasil buatan mereka dievaluasi oleh sekitar seratus juri dengan memperhatikan tiga elemen penting: keunikan ide, sisi lucu, serta daya tarik untuk dishare secara massal.
Studi ini adalah penelitian skala besar pertama yang fokus pada kerjasama antara manusia dan kecerdasan buatan dalam bidang humas visual berbasis budaya internet.
AI Unggul di Rerata Nilai, Manusia Masih Jagoan dalam Hal Lucu
Studi tersebut mengungkapkan bahwa meme hasil produksi murni dari AI mencapai nilai rata-rata teratas ketika dibandingkan dengan meme ciptaan manusia atau bahkan karya kerjasama antara manusia dan AI.
Namun, jika kita melihat ke mem yang memiliki skor teratas pada masing-masing kategori, hasilnya menunjukkan bahwa mem buatan manusia lebih unggul dalam hal humor.
Di sisi lain, output yang dihasilkan dari kerjasama antara manusia dan kecerdasan buatan malah semakin mencolok dalam hal kreativitas dan kemampuan pemecahan masalahnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun kecerdasan buatan dapat menciptakan konten yang memiliki kualitas konsisten serta cukup menarik untuk publik secara umum, jenis konten yang berdaya tarik emosional dan penuh humornya jauh lebih sering dibuat oleh manusia.
Para peneliti menunjukkan bahwa AI cenderung menciptakan hasil yang "kuat namun biasa-biasa saja", terutama apabila tanpa adanya intervensi dari pihak manusia dalam tahap penyaringan.
Hambatan pada Kerjasama Inovatif bersama AI
Partisipan yang mengggunakan dukungan kecerdasan buatan menyatakan bahwa mereka merasakan manfaat dalam aspek produktivitas ide dan pengurangan usaha yang dibutuhkan.
Akan tetapi, berdasarkan data yang ada, mayoritas peserta belum mengoptimalkan sisi interaktif dari kecerdasan buatan tersebut.
Lebih kurang setengah dari para partisipan tidak banyak berinteraksi dengan sistem melebihi satu kali, dan sangat jarang ada yang menggunakan sistem tersebut secara konsisten.
Keterlibatan yang rendah ini menghambat pembentukan kerjasama yang sungguh-sungguh kreatif.
Para peneliti mengatakan bahwa kinerja optimal sebenarnya dicapai ketika manusia turut serta dalam proses penyaringan dan pengoptimalan output dari kecerdasan buatan, daripada sekadar menerima hasil yang diberikan secara otomatis.
Batasan AI Dalam Mengenali Humor Berkonteks
Menurut Zhikun Wu, seorang penulis dari studi ini dan juga mahasiswa pascasarjana di KTH, AI mampu menciptakan banyak ide secara cepat.
Meskipun demikian, dia menggarisbawahi bahwa "jumlah belum tentu sama dengan mutu." Wu menyatakan bahwa humor tak sekadar terletak pada pembentukan kalimat yang mengundang tawa, tetapi juga merujuk kepada elemen kejutan, latar belakang budaya, serta sentuhan emosi.
Menurutnya, aspek-aspek tersebut masih belum sepenuhnya dimengerti oleh kecerdasan buatan.
Partisipasi orang masih sangat diperlukan, terlebih di sektor kreatif yang mengharuskan adanya pengetahuan tentang nilai-nilai budaya serta kemampuan untuk menangkap perasaan dengan baik.
Studi ini menyarankan bahwa sistem kecerdasan buatan di masa depan harus lebih banyak membantu dalam proses kreatif yang didasarkan pada percakapan, sehingga para penggunanya bisa tetap terkait dengan hasil kerja mereka sekaligus menyempurnakan konsep-konsep yang memiliki arti penting.
Walaupun AI bisa membuat meme secara cepat dan menarik untuk banyak orang, kreativitas manusia masih sangat diperlukan untuk menciptakan konten yang betul-betul menyentuh hati, apalagi soal humor.
Partisipasi orang dalam membuat meme menjamin bahwa unsur kejut, konteks budaya, serta nada emosi dapat dipertahankan dengan baik.
Post a Comment