
Mas Rizky , Jakarta - Iran menyatakan telah menembakkan rudal hipersonik bernama Fattah-1 ke arah Israel dalam serangan yang terjadi pada Rabu malam, 18 Juni 2025. Fattah-1 merupakan rudal balistik hipersonik jarak menengah pertama yang dikembangkan oleh Korps Garda Revolusi Islam. Dengan kemampuan melesat lebih dari lima kali kecepatan suara dan bermanuver di udara, rudal ini sangat sulit dideteksi maupun dicegat oleh sistem radar dan pertahanan udara.
Rudal hipersonik kini dianggap sebagai senjata paling mematikan di dunia. Selain mampu melaju hingga kecepatan Mach 10 atau sepuluh kali lebih cepat dari suara, rudal ini juga memiliki kemampuan manuver yang sangat tinggi. Menurut laporan lembaga riset pertahanan asal Inggris, Royal United Services Institute (RUSI) , yang dirilis pada 2021, senjata hipersonik dipandang sebagai terobosan paling besar dalam teknologi rudal sejak kemunculan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa senjata ini dapat mengganggu keseimbangan strategi pertahanan nuklir dan mengancam stabilitas global di pertengahan dekade 2020-an. Rudal balistik yang sudah ada memang bisa mencapai kecepatan lebih tinggi, hingga Mach 20, karena terbang di ketinggian atmosfer luar yang memiliki gaya gesek sangat rendah. Namun, untuk mencapai kecepatan tersebut, rudal harus menempuh lintasan melengkung yang membuatnya lebih mudah terdeteksi dan dijatuhkan.
Sebaliknya, rudal hipersonik generasi terbaru mampu terbang lebih rendah, di bawah ketinggian 60 ribu kaki. Berkat kemajuan teknologi mesin dan desain aerodinamisnya, rudal jenis ini bisa bermanuver dan mengubah arah saat terbang, sehingga dapat menghindari sistem pertahanan rudal lawan. Tak heran jika sejumlah analis militer menyebutnya sebagai senjata yang sulit dihentikan.
Berikut ini keenam rudal hipersonik yang sudah ada tersebut, tiga dari Rusia dan tiga lainnya dari Cina. Kedua negara tersebut tengah mendominasi perlombaan senjata hipersonik di muka Bumi.
1. Kh-47M2 Kinzhal - Rusia
Kinzhal merupakan versi modifikasi dari rudal balistik Iskander milik Rusia yang awalnya diluncurkan dari darat. Kinzhal dibekali sistem panduan dan desain aerodinamis yang ditingkatkan, membuatnya mampu bermanuver lebih baik.
Perubahan pada bagian ekor dan sirip rudal ini memungkinkannya menghindari sistem pertahanan udara, termasuk rudal Patriot buatan AS. Kinzhal dapat melaju hampir Mach 5 dan membawa hulu ledak konvensional seberat 550 kg atau nuklir hingga 500 kiloton.
Rusia tampaknya ingin mempertontonkan kekuatan rudal ini dengan sering meluncurkannya ke Ukraina, meskipun hanya menggunakan hulu ledak konvensional. Namun, efektivitasnya dipertanyakan setelah sistem rudal Patriot berhasil mencegat Kinzhal pada Mei 2023, dan Ukraina mengklaim telah menembak jatuh beberapa unit lainnya. Sejumlah analis pertahanan pun menyebut rudal ini sebagai "quasi-ballistic" karena diduga tidak memiliki kemampuan manuver setinggi yang diklaim Rusia.
2. 3M22 Zircon - Rusia
Zircon (atau Tsirkon) menjadi rudal hipersonik pertama Rusia yang sepenuhnya menggunakan sistem propulsi sendiri. Tidak seperti Kinzhal yang bergantung pada rudal konvensional, Zircon dilengkapi mesin scramjet berbahan bakar udara, serupa mesin jet, yang mampu menyerap dan memampatkan oksigen untuk menghasilkan dorongan. Rudal ini dapat mencapai kecepatan Mach 9.
Zircon dirancang untuk membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir, dengan jangkauan dan kemampuan manuver lebih unggul dibandingkan rudal konvensional jarak pendek. Rusia menyebut rudal ini bisa diluncurkan dari kapal perang, kapal selam, dan dalam tahap pengembangan untuk peluncuran dari daratan. Meski beberapa perwira Rusia mengklaim sudah menguji dan memproduksinya, rudal ini belum resmi dioperasikan.
3. Avangard (Objekt 4202) - Rusia
Avangard adalah rudal hipersonik yang diyakini akan menjadi andalan Rusia jika konflik besar, seperti penggunaan senjata nuklir dalam perang Ukraina, terjadi. Pernyataan ini pernah disampaikan oleh Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.
Avangard bekerja dengan menumpang rudal balistik konvensional, lalu melepaskan diri dan meluncur menuju target dengan kecepatan hipersonik. Rudal ini bisa dipasang pada RS-28 Sarmat, rudal balistik antar-benua yang dikenal NATO sebagai Satan-2, dengan jangkauan lebih dari 11.000 mil.
Berbeda dengan hulu ledak ICBM konvensional yang melaju dalam jalur tetap dan mudah dicegat, Avangard mampu mengubah arah di tengah penerbangan, sehingga sulit dihentikan oleh sistem pertahanan mana pun. Rudal ini dikabarkan dapat membawa muatan hingga dua megaton, atau 130 kali daya ledak bom Hiroshima-dua kali kekuatan nuklir terbesar milik AS.
4. Dongfeng-17 (DF-17) - Tiongkok
DF-17 adalah rudal hipersonik andalan Tiongkok yang dilengkapi kendaraan luncur hipersonik DF-ZF. Roket peluncurnya dijuluki "pembunuh kapal induk" karena ukurannya yang jauh lebih besar dibandingkan rudal anti-kapal AS seperti Harpoon.
Tidak seperti rudal balistik biasa yang menempuh lintasan tinggi, DF-17 melaju di jalur horizontal dengan ketinggian di bawah 60.000 kaki. Hal ini membuatnya sulit terdeteksi sejak awal. Setelah peluncuran, kendaraan luncur DF-ZF dilepaskan dan melesat menuju target dengan kecepatan di atas Mach 5.
5. Xingkong-2 - Tiongkok
Diperkenalkan pada 2018, Xingkong-2 merupakan rudal hipersonik Tiongkok yang unik karena mengandalkan mesin scramjet dan desain aerodinamis 'wave rider', yang membuatnya mirip pesawat siluman tanpa sayap.
Desain ini memungkinkan Xingkong-2 melayang di atas gelombang kejutnya sendiri, menciptakan daya angkat tanpa menambah hambatan udara. Teknologi semacam ini pernah diuji AS lewat proyek X-51, tetapi tidak dikembangkan menjadi senjata operasional.
Dengan teknologi scramjet dan desain wave-riding, Xingkong-2 diperkirakan mampu mencapai jarak antar-benua. Meskipun uji coba awal berhasil, banyak pengamat memperkirakan butuh waktu bertahun-tahun sebelum rudal ini siap digunakan secara militer.
6. WZ-8 - Tiongkok
WZ-8 adalah drone pengintai hipersonik tanpa awak yang diungkap Tiongkok pada 2019. Disebut-sebut sebagai satu-satunya pesawat hipersonik aktif di dunia, WZ-8 memiliki desain mirip drone D-21 milik Amerika, namun mampu mencapai kecepatan Mach 7.
Drone ini diluncurkan dari pesawat pembom H-6K, lalu mengaktifkan roketnya untuk terbang di ketinggian lebih dari 80.000 kaki sebelum kembali. Nama WZ berasal dari singkatan Wu Zhen, yang berarti "siluman" atau "tak terlihat".
Kecepatan dan ketinggiannya membuat WZ-8 sangat sulit dijangkau rudal pertahanan darat-ke-udara, menjadikannya alat mata-mata yang sangat efektif. Beberapa analis berspekulasi bahwa rudal ini juga bisa dipersenjatai dengan hulu ledak untuk digunakan dalam serangan mendadak.
Post a Comment