Masrizky, BACAN - Biaya untuk biji kelapa sawit di berbagai distrik di Halmahera Selatan, Maluku Utara mengalami penurunan pada pertengahan Mei tahun 2025 ini.
Sebenarnya, harga kopra pada dua bulan terakhir yaitu Maret dan April mencapai angka Rp 19ribu sampai dengan Rp 20ribu per kilogram.
Misalnya di Kecamatan Gane Timur dan Gane Timur Selatan, harga kopra telah mencapai angka Rp 16ribu hingga Rp 17ribu per kilogram.
Petani kelapa sawit tidak mengerti apa sebab penurunan harga produk utama mereka itu. Mereka baru menyadari harga anjlok saat memasarkan hasil panen kepada pedagang setempat.
Keadaan tersebut menyebabkan para petani menjadi cemas lantaran tak adanya pemberitahuan resmi tentang asal-usul penurunan hal itu atau jaminan mengenai perkembangan harga di masa mendatang.
Talhat M. Maknun, seorang petani kelapa sawit dari desa Maffa, kecamatan Gane Timur, menyebutkan bahwa penurunan harga kopra terjadi secara mendadak dan menciptakan keraguan yang signifikan di antara para petani.
Menurun pendapatnya, harga yang tercantum di pasar hanyalah informasi yang diberikan oleh pembeli ataupun pedagang besar, tanpa adanya klarifikasi dari pihak resmi yang memiliki wewenang.
Penurunan harga tersebut tiba-tiba terjadi tanpa ada pengumuman resmi yang menyertainya.
"Kami belum pasti bahwa ini merupakan kesepakatan pasar yang valid atau mungkin cuma manipulasi harga oleh pedagang besar," katanya pada hari Kamis, 29 Mei 2025.
"Yang bikin kita bingung adalah cara menanganinya. Setiap harinya, kita bertani kelapa dan bergantung pada penjualan kopra, namun tak ada jaminan tentang hasil terakhir," imbuhnya.
Talhat mengatakan bahwa penurunan harga kelapa sawit tidak hanya mempengaruhi dia saja, melainkan hampir semua petani di daerah Gane Timur dan sekitarnya.
Akibat dari kenaikan biaya hidup yang tidak berhenti, harga kelapa sawit yang turun malahan menambah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Dia menyebutkan bahwa para petani merasa kesulitan untuk mengevaluasi kembali modal usaha serta keuntungan yang dapat mereka peroleh dari hasil panen kopra, sebab kondisi pasar menjadi tak terduga dan arahnya pun sangat sulit diprediksi.
"Bukan cuma masalah harga sekarang yang bikin kita cemas, tetapi juga situasi di masa mendatang. Jika harganya terus anjlok tanpa ada pengendalian atau bimbingan, kita berisiko mengalami kerugian signifikan. Kami memiliki modal yang terbatas dan tak mampu menyimpan stok," jelasnya.
Talhat menekankan bahwa peranan pemerintah daerah secara aktif amat diperlukan guna mencegah jaringan distribusi produk pertanian di monopoli atau dikontrol oleh segelintir pemain pasaran lokal saja.
Dia juga menekankan bahwa para petani bukanlah mencari-cela pada siapa pun, tetapi mereka berharap adanya partisipasi dari pihak pemerintahan dalam pengawasan serta pembinaan, dan bila diperlukan, mendefinisikan patokan harga dasar sebagai panduan umum di skala lokal.
We do not demand a high price that would force the market, but we need a mechanism that we can rely on.
"Bila pemerintah hadir serta turut memantau harga, pasti takkan ada pihak yang bertindak secara individual," tuntasnya. (*)
Post a Comment