
Jakarta, IDN Times - Kurs rupiah di sesi pembukaan perdagangan hari Kamis (22/5/2025) ini menunjukkan peningkatan.
Bila mengacu data Bloomberg Rupiah meningkat menjadi Rp16.292 per dolar AS, naik sebesar 106,50 poin atau 0,65 persen dari posisi penutupan hari sebelumnya yang berada di tingkat Rp16.399 per dolar AS.
1. Kurs mata uang di kawasan Asia serentak meningkat
Kemajuan nilai tukar mata uang di sejumlah wilayah Asia terlihat positif, seperti yang dirinci sebagai berikut:
- Bath Thailand meningkat sebesar 0,23 persen
- Ringgit Malaysia meningkat sebesar 0,38 persen
- Yuan Tiongkok mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen.
- Dolar Taiwan naik sebesar 0,54 persen
- Peso Filipina meningkat sebesar 0,10 persen
- Dolar Singapura meningkat sebesar 0,03 persen.
- Jepang yen naik sebesar 0,33 persen
2. Nilai dolar menurun akibat timbulnya ketakutan seputar Rancangan Undang-Undang di Amerika Serikat
Analisis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menunjukkan bahwa pasar saat ini sedang memantau ketakutan seputar Proyeksi UU (Rencana Undang-Undang) Anggaran Amerika Serikat yang bisa jadi akan meluaskan defisit anggaran serta meningkatkan hutang negara.
"Nilai Rupiah diprediksi bakal memperkuat posisi terhadap Dolar Amerika Serikat yang tetap lemah karena khawatir jika Undang-Undang Anggaran AS dapat menciptakan defisit signifikan serta meningkatkan hutang pemerintahan AS," jelas Lukman.
3. Penurunan nilai dolar AS memicu penguatan rupiah
Dia menyebutkan bahwa pelemahan dolar AS menciptakan peluang bagi mata uang negara-negara berkembangan, seperti rupiah, untuk memperkuat. Tambahan lagi, situasi dalam negeri yang terjaga juga mendukung gerak positif dari mata uang Garuda tersebut.
"Nilai tukar Rupiah kemungkinan akan berkisar antara Rp16.300 sampai dengan Rp16.400 untuk setiap dolar AS pada perdagangan hari ini," jelasnya.
Sebaliknya, tindakan Bank Indonesia (BI) mengurangi tingkat suku bunga dasarnya sebanyak 25 point basis hingga mencapai 5,50% dipandang sebagai kebijakan yang bijaksana berdasarkan respons positif dari pasar, disertai pengendapan tekanan pada dolar Amerika Serikat (AS).
"Ini adalah langkah yang sangat positif, dan waktu untuk itu juga pas ketika pengaruh dolar AS perlahan-lahan berkurang," ujarnya.
Post a Comment