
Masrizky.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjalankan kegiatan korporasi dengan cara menambah modal, termasuk melalui skema/modal private placement maupun rights issue Aksi korporasi tersebut dijalankan oleh sebagian besar emiten dengan tujuan meningkatkan struktur keuangan mereka.
Salah satu emiten terbaru yang mengumumkan rencana aksi korporasi berupa penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement PT Energi Mega Persada Tbk adalah (صندastreet) ENRG ).
Emiten yang tergabung dalam kelompok Bakrie tersebut berniat untuk mengeluarkan sampai dengan 2,48 miliar saham tambahan, yang setara dengan 10% dari total modal yang telah diinvestasikan dan dibayarkan sepenuhnya.
Selain itu, emiten dari grup Astra PT Acset Indonusa Tbk ( ACST ) juga telah merampungkan aksi private placement Dengan menerbitkan sampai dengan 5 miliar saham pada harga penawaran senilai Rp 100 per saham, ACST berhasil mendapatkan dana baru sebanyak Rp 500 miliar.
PALM merencanakan dua langkah perusahaan sekaligus, yaitu private placement sekitar 1,57 miliar saham serta rights issue sebesar 4,71 miliar saham.
Beberapa perusahaan publik lainnya seperti PT MNC Energy Investments Tbk ( IATA ) dan PT Fast Food Indonesia Tbk ( FAST ) juga mengumumkan private placement , setiap pihak menerbitkan 3,12 miliar saham baru serta 533,33 juta saham tambahan.
Selain private placement , beberapa perusahaan siap melakukan peningkatan modal dengan mengeluarkan Hak MemesanEfek Terlebih Dahulu (HMETD). rights issue Sebagai contoh, PT MNC Kapital Indonesia Tbk ( BCAP ) merancang aksi right issue 21,3 miliar saham.
Pada saat yang sama, PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (صند SMKM ) akan menggelar rights issue dengan melepas 1,25 miliar saham, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) berencana menerbitkan 2,23 miliar saham, dan PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk ( TRON ) akan menambah modal melalui rights issue sebanyak 383,67 juta saham.
Respons Pasar
Analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia bernama Miftahul Khaer, menjelaskan bagaimana pasar merespons serangkaian tindakan peningkatan modal tersebut, termasuk melalui rights issue maupun private placement masih terlihat cukup beragam.
Bila tujuannya sudah jelas serta dipakai untuk ekspansi ataupun restrukturisasi yang baik, umumnya hal tersebut dianggap wajar. market "akan merespon dengan baik," ujar Miftahul kepada Masrizky, Rabu (21/5).
Tapi di sisi lain, kalau dilakukan oleh emiten yang secara fundamental masih belum solid, justru bisa bikin tekanan jual dalam jangka pendek.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai secara umum, respons pasar terhadap aksi korporasi tersebut bersifat selektif. Investor cenderung menilai latar belakang dan tujuan penggunaan dana dari aksi tersebut. Jika dana digunakan untuk ekspansi yang produktif atau restrukturisasi utang, pasar biasanya merespons positif.
"Tetapi, apabila tindakan tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan penyusutan substansial tanpa adanya prospek perkembangan yang jelas, investor lebih condong ke arah berwaspada," ungkap Ekky kepada Masrizky, Rabu (21/5).
Di samping itu, harga pelaksanaan juga menjadi faktor penting. Jika dilakukan di bawah harga pasar, efek psikologisnya bisa cukup besar dan kemungkinan saham akan turun. Sebaliknya, jika dilakukan di atas harga pasar, dapat memberikan sinyal positif kepada investor.
Saham Pilihan
Menurut Miftahul, emiten seperti ENRG pantas untuk dipertimbangkan. Alasan utamanya adalah perusahaan ini mempunyai prospek jangka panjang yang menggoda, khususnya berkat tren positif dalam bidang energi saat ini. Prospek tersebut dapat menjadi lebih solid apabila dana hasil aksi korporasi dialokasikan untuk mendanai penjelajahan baru atau menyempurnakan efisiensi operasional.
Sementara itu, PALM juga cukup menarik, meskipun kinerjanya belum sepenuhnya stabil. Secara prospek tetap menjanjikan seiring kuatnya sektor agribisnis serta strategi diversifikasi yang dijalankan oleh grup usahanya.
"Untuk jangka pendek volatilitas pasti ada karena aksi ini berdampak pada dilusi saham," terang Miftahul.
Adapun Ekky menjatuhkan pilihan saham ke CMNP, karena rights issue yang dilakukan perusahaan terkait dengan pengembangan proyek jalan tol seperti Harbour Road dan ruas Depok–Antasari. Dengan kebutuhan infrastruktur yang masih besar, CMNP memiliki prospek pendapatan berulang atau recurring income kekuatan utama dari berbagai proyek jalan toll tersebut.
Di luar CMNP, ENRG juga menarik sebab dana yang didapatkan dari penawaran tersebut akan dialokasikan untuk memperkuat modal kerja serta pendanaan belanja modal baik bagi perusahaan maupun anak perusahaannya.
ENRG juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10% sepanjang 2024, didorong oleh peningkatan produksi minyak dan harga jual gas yang lebih tinggi.
"Perusahaan ini memiliki penilaian yang menggoda karena PER dan ROE-nya berada di bawah rata-rata sektor tersebut, selain itu ada prospek pertumbuhan positif hingga tahun 2025," terang Ekky.
Ekky menetapkan sasaran harga jangka panjang untuk CMNP dan ENRG sekitar Rp 2.600 dan Rp 300 per saham secara berturut-turut.
Sementara, itu Miftahul menyarankan hold Saham ENRG ditargetkan pada harga Rp 232 sedangkan saham PALM menunjukkan arah kenaikan. wait and see .
Post a Comment