Jakarta, IDN Times – Menteri Pertanian (Mentan) Jepang, Taku Etō secara resmi mengajukan pengunduran dirinya dari posisinya pada Rabu (21/5/2025). Ungkapannya tentang beras telah menimbulkan kekecewaan dan amarah masyarakat Jepang. Saat acara pengumpulan dana, dia menyatakan bahwa dirinya belum pernah membeli beras sebab selalu menerima kiriman dari para pendukungnya.

Pernyataan tersebut dianggap kurang peka mengingat kenaikan harga beras lebih dari dua kali lipat selama tahun lalu. Akhirnya, Etō menyerahkan pengunduran dirinya secara langsung kepada perdana menteri Jepang Shigeru Ishiba.

"Baru-baru ini saya telah mengajukan pengunduran diri ke Perdana Menteri Ishiba," ujar Etō, demikian dilaporkan. The Guardian , Kamis (22/5/2025).

Dia menganggap komentar dirinya sebagai sesuatu yang sungguh tak layak dalam upaya warga menangani kenaikan harga beras. Usai ucapan tersebut mendapat tanggapan negatif, Etō memberikan klarifikasi bahwa keluarganya masih akan membeli beras ketika persediaan dari sumbangan telah terpakai. Dia pun menyuarakan rasa penyesalan yang mendalam atas kata-katanya tersebut.

1. Tekanan pada Ishiba bertambah mendekati masa pemilihan umum

Pengunduran diri Etō semakin meningkatkan tekanan politik pada Perdana Menteri Ishiba yang sedang berjuang dengan penurunan drastis popularitasnya di mata masyarakat. Berdasarkan survei terkini dari Kyodo, sebanyak 87% penduduk Jepang merasa tidak puas dengan cara pemerintahan mengatasi masalah harga beras. Angka ini juga menyebabkan elektabilitas kabinet Ishiba jatuh ke level terendah yaitu 27,4%. Informasi tersebut diperoleh dari CNBC Internasional .

Keadaan ini membuat situasi sulit bagi koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Liberal (LDP) sebelum pemilihan dewan atas pada bulan Juli nanti. LDP, partai yang telah lama mengontrol jalannya politik di Jepang, semakin banyak mendapat kritikan akibat ketidakefektifannya dalam meredam lonjakan biaya kebutuhan pokok serta sumber daya energi. Kekesalan rakyat pun semakin meningkat, terlebih lagi di antara kelompok-kelompok rumah tangga dengan pendapatan rendah yang paling dirugikan oleh kondisi inflasi saat ini.

Kini Ishiba perlu segera bertindak guna mengekang pendapat publik dan meredakan amarah rakyatnya. Kondisi ini dinilai menjadi sebuah pengujian signifikan terhadap kestabilan kepemimpinannya dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang semakin rumit.

2. Kekrisisan padi terjadi karena kegagalan pada musim tanam serta akibat dari penyimpanan yang berlebihan.

Kenaikan harga beras di Jepun dipengaruhi oleh beberapa alasan seperti iklim sangat panas yang merusak hasil tanaman tahun 2023. Ketidaknyamanan publik semakin bertambah ketika dikeluarkan peringatan tentang potensi kekurangan sesuatu hal. megaquake Pada tahun 2024, situasi tersebut mengakibatkan lonjakan pembelian secara masif, yang semakin mengeraskan kondisi kekurangan persediaan.

Distributor dan pedagang besar turut menyulitkan situasi dengan melakukan penimbunan stok beras, mengurangi pasokan di pasar. Rata-rata harga ritel untuk ukuran 5 kilogram telah mencapai puncak baru yaitu 4.268 yen atau sekira Rp485 ribu pada minggu yang berakhir tanggal 11 Mei. Nilai ini meningkat dibandingkan seminggu sebelumnya yang hanya 4.214 yen, bahkan mendekati dua kali lipat dari harga tahun lalu.

Pasarnya beras di Jepang sebelumnya cukup tertutup dikarenakan kebergantungannya pada hasil pertanian domestik serta bea masuk ekspornya yang tinggi. Akan tetapi, peningkatan jumlah turis memicu ledakan permintaan sehingga stok menjadi lebih terasa ketakutananya. Kestabilan pangan negara tersebut mulai goyah lantaran pasokan dari dalam negeri tidak dapat mengejar naiknya permintaan.

3. Pemerintah mengeluarkan pasokan darurat dan menunjuk seorang menteri baru

Agar dapat meredam harga, pemerintah Jepang telah melepaskan kira-kira 300 ribu ton beras dari cadangan darurat di awal tahun ini. Lelang lebih lanjut direncanakan sampai bulan Juli untuk memperbanyak pasok ke pasar. Di samping itu, Jepang juga melakukan impor beras dari Korea Selatan pada bulan April setelah selama 25 tahun tidak melakukannya, serta meningkatkan pembelian dari Amerika Serikat.

Akan tetapi, kebijakan itu belum mampu menstabilkan harga sebab produksi dalam negeri masih terkendala. Pertanian di Jepang dikuasai oleh para petani tua dengan luasan tanah yang sempit dan kurang produktif. Hal ini menyebabkan ketersediaan suplai tetap lemah walaupun telah dilakukan campur tangan pemerintah.

Koizumi Shinjirō saat ini diangkat menjadi pengganti Etō dalam posisi Menteri Pertanian. Ishiba memberikan instruksi kepada Koizumi agar mengejar stabilitas harga beras bagi para pembeli, sebagaimana dilaporkan. CNN International , Kamis (22/5/2025).

Krisis pangan berlangsung seiring dengan peningkatan inflasi, yang menyentuh angka 3,6% di bulan Maret kemarin dan mayoritas disebabkan oleh kenaikan biaya untuk kebutuhan dasar. Mengingat taraf swasembada pangan yang baru mencapai 38% serta ketergantungan signifikan pada barang import, gesekan sosial mengenai tarif komoditi utama masih belum nampak adanya perubahan positif.

Post a Comment

Previous Post Next Post