Masrizky.CO.ID - JAKARTA. Dolar AS terus mengalami penurunan, yang pada gilirannya memperkuat sebagian besar mata uang di kawasan Asia.

Berdasarkan data dariTrading Economics, indeks dolar (DXY) menurun 0,63% selama 24 jam terakhir hingga mencapai angka 99,48 pada hari Rabu (21/5) pukul 23:04 WIB. Minggu ini, DXY sudah bergerak turun sekitar 1,50%.

Dari seluruh mata uang di kawasan Asia, pasangan USD/KRW menunjukkan penurunan paling signifikan dengan kelemahan sebesar 2,64% dalam seminggu ini. Diikuti oleh USD/THB yang melemah 2,20%, kemudian USD/JPY mengalami perlambatan sebesar 2,09%, serta USD/IDR merosot sebanyak 1,35%.

Alwi Assegaf dari Research & Development Trijaya Pratama Futures menyatakan bahwa walaupun sedikit menguat, prospek mata uang di kawasan Asia masih sangat dipengaruhi oleh dinamika sentimen terkait tarif.

Dia menyebutkan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan terjadi perundingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. "Jika hal ini paling tidak dapat menenangkan ketakutan di pasaran, maka prospek untuk mata uang Asia menjadi lebih baik," katanya saat berbicara dengan Masrizky.co.id pada hari Selasa, 20 Mei.

Alwi menyebutkan pula bahwa dengan penurunan nilai dolar Amerika Serikat, yen Jepang (JPY) menjadi mata uang yang perlu dipantau. Perannya sebagai instrumen perlindungan terus berlaku dalam kondisi tidak pasti ini, walaupun sempat tertekan akibat kebijakan tingkat suku bunganya yang rendah.

"Tetapi potensi normalisasi dari BoJ yang mungkin akan meningkatkan tingkat suku bunga dapat menjadikan Yen sebagai mata uang yang kuat," katanya.

Di samping yen, rupiah pun menjadi mata uang yang patut dipantau dengan cermat. Menurut Alwi, nilai tukar rupiah mendapat dukungan dari kebijakan moneter yang hati-hati dan bijaksana oleh BI.

"Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menetapkan sasaran pertumbuhan untuk tahun 2026 sebanyak 5,2%, serta terdapat juga tujuan tentang pengolahan industri lebih lanjut," katanya.

Dia juga menyebutkan bahwa apabila tensi perdagangan meredup, arus modal masuk diprediksikan akan naik, bersamaan dengan kemungkinan peningkatan permintaan untuk ekspor barang-barang tersebut. Ini memiliki peluang untuk menguatkan stok valas serta mendorong pertumbuhan Produksi Dalam Negeri (PDB).

"Peso Filipina juga dapat diamati karena adanya arus remitansi yang stabil serta perekonomin yang konsisten," katanya.

Alwi mengestimasi bahwa kurs yen akan mencapai tingkat 130 menjelang akhir tahun. Di sisi lain, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang sekitar Rp 16.000 dan peso Filipina di posisi 54.

Sementara itu, Lukman Leong dari Doo Financial Futures mengungkapkan bahwa di antara semua mata uang Asia, yen merupakan yang paling layak diperhatikan.

Peristiwa tersebut dipicu oleh agenda pertemuan antara Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, di mana mereka diperkirakan akan menyertakan topik mengenai masalah tingkat valuta asing dalam diskusi mereka.

Lukman menegaskan bahwa apabila pada rapat itu ada keputusan atau diskusi tentang yen, maka nilai tukar mata uang tersebut memiliki potensi untuk mengalami penguatan yang cukup besar dalam jangka pendek. Dia menjelaskan, "Kemungkinannya sangat tinggi untuk mencapai level 140 lagi."

Umumnya, keadaan mata uang di Asia sekarang ini lebih condong stabil tanpa banyak perubahan serta bersifat stagnant. wait and see, terutama mengharapkan klarifikasi tentang perjanjian harga antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Post a Comment

Previous Post Next Post