Kebakaran besar akibat perubahan cuaca menghasilkan angka terendah dalam sejarah kehilangan area hutan dan lahan. hutan Global di tahun 2024. Alam dunia kehilangan sekitar 6,7 juta hektar hutan tropis natural, naik tajam 80% jika dibandingkan dengan data yang tercatat pada 2023.

Kehilangan hutan global utamanya disebabkan oleh masalah Brazil dalam menahan api yang melanda Amazon saat menghadapi kemarau paling parah sepanjang masa di kawasan itu. Beberapa negara lain seperti Bolivia dan Kanada pun turut menderita akibat kebakaran hutan skala besar.

Inilah kali pertama World Resources Institute (WRI) bersama dengan Universitas Maryland menerbitkan laporan tahunan, yang mengindikasikan kebakaran Sebagai pemicu utama penghapusan hutan tropis. Hal ini menjadi titik balok memalukan untuk ekosistem yang pada dasarnya lembap secara alami dan sebenarnya tak boleh terbakar.

"Isyarat pada informasi ini sungguh memprihatinkan. Keinginan utamanya adalah isyarat cuaca dapat melebihi batas responsibilitas kita dengan tepat," ujar Matthew Hansen, seorang direktor laboratorium dari Universitas Maryland yang bertanggung jawab atas pengumpulan serta analisis datanya, demikian disebutkan. Reuters , Rabu (21/5).

  • KLH: Beberapa Daerah di Indonesia Berisiko Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan Dalam Empat Bulan Mendatang
  • Kebakaran Hutan di Korea Selatan Menelan Korban 28 Jiwa dan Membutuhkan Waktu 6 Hari untuk Dapat dipadamkan
  • RI Mengalami Hilangnya 175 Ribu Hektar Hutan di Tahun 2024 Akibat Kebakaran dan Penebangan ilegal

Laporan itu menunjukkan bahwa Amerika Latin mengalami dampak yang amat keras akibat kebakaran hutan. Ekosistem Amazon merasakan tingkat kerugian hutan primer tertinggi sejak tahun 2016.

Brasil, yang mempunyai sebagian besar hutan tropis global, mengalami hilangnya 2,8 juta hektar area disebabkan oleh kebakaran. Angka tersebut mencerminkan kerugian lingkungan paling luas jika dibandingkan dengan negara manapun. Situasi ini menjadi mundurnya capaian yang telah diperoleh pada tahun 2023 saat presiden Luiz Inacio Lula da Silva berkuasa dan bersumpah akan menjaga hutan lebat terbesar planet bumi.

"Kondisi ini belum pernah dialami sebelumnya, sehingga kami harus memodifikasi seluruh kebijakan kami sesuai dengan kenyataan baru," ungkap Andre Lima, penjabat kebijakan kontrol deforestasi di Kementerian Lingkungan Hidup Brazil. Dia juga menyampaikan bahwa api belakangan ini telah menjelma sebagai ancaman utama terhadap hutan-hutan setelah sebelumnya bukan merupakan faktor dominan dalam kerusakan hutan tersebut.

Kenaikan Luas Hutan yang Menghilang di Bolivia Mencapai 200%

Bolivia mengungguli Republik Demokratik Kongo menjadi negara kedua dengan kerugian hutan tropis paling luas walaupun hanya memiliki kurang dari separuh area hutan yang dimiliki oleh negara di Benua Biru itu.

Penghilangan hutan di Bolivia meningkat sebesar 200% pada tahun 2024, disebabkan terutamanya oleh kemiskinan air, karhutla, serta ekspansi lahan pertanian yang dipacu oleh pemerintahan setempat. Laporan itu juga menunjukkan pola mirip di berbagai negara lain di wilayah Amerika Latin seperti Meksiko, Peru, Nikaragua, dan Guatemala.

Kondisi konflik yang terjadi di Kolombia serta Republik Demokratik Kongo turut mendorong peningkatan deforestasi akibat pemanfaatan sumber daya alam oleh kelompok bersenjata.

Di area non-tropikal, hutan boreal tumbuh beriringan dengan kejadian kebakaran musimannya dan mengalami hilangnya pohon-pohon tertua dalam sejarah di tahun 2024. Negara-negara seperti Canada dan Rusia merugi total 5,2 juta hektar tanah karena peristiwa kebakaran liar yang tidak dapat dikontrol.

Asia Tenggara melawan arus global bersama-sama dengan Malaysia, Laos, dan Indonesia Semua catat penurunan dua angka dalam kerugian hutan primer. Kebijakan konservasi nasional yang dikombinasikan dengan usaha masyarakat dan sektor bisnis tetap sukses mengendalikan api serta ekspansi pertanian.

Pengecualian lainnya adalah daerah Adat Charagua Iyambae di Bolivia bagian selatan, yang berhasil menghentikan catatan kebakaran paling besar di negeri itu dengan menggunakan kebijakan tentang pengelolaan tanah serta sistem peringatan awal.

Rod Taylor, Direktur Global untuk Hutan di WRI, menyampaikan bahwa saat para tokoh dunia bertemu di Kota Belem, Amazon, pada Konferensi Tingkat Tinggi tentang Iklim bulan depan, dia berharap beberapa negara akan mencapai progres dalam menerbitkan skema pendanaan yang lebih efektif bagi pelestarian alam.

"Saat ini, jumlah uang yang perlu dikeluarkan untuk meng clearance hutan lebih besar dibandingkan dengan menjaga keberadaan mereka," jelas Taylor.

Post a Comment

Previous Post Next Post