
Masrizky , Jakarta - Kepala Lembaga Pangan Nasional ( Bapanas Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa Indonesia sudah melakukan ekspor ke luar negeri. beras Khususnya ke sejumlah negara termasuk Arab Saudi. Yaitu beras yang dipakai untuk tujuan spesifik, layaknya hotel, restaurant, dan jasa katering.
"Memang benar bahwa untuk beras spesifik, Indonesia telah melakukan ekspor, dan baru-baru ini juga kita sudah mengirimkan produk tersebut ke Arab Saudi serta berbagai wilayah lainnya," ungkap Arief melalui pernyataan tertulis pada hari Rabu, 21 Mei 2025.
Untuk beras reguler, Prabowo sudah memberikan persetujuan untuk diekspor, terutama guna mendukung negara-negara tetangga yang tengah menghadapi kelangkaan. Namun, tambahnya, pemerintahan sekarang lebih berfokus pada penyiapan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Setelah produksinya sudah konsisten dan ada cukup stokصند pangan Pemerintah dianggap sudah cukup atau cenderung lebih aman, kata Arief, sehingga pihak berwenang harus mampu melakukan ekspor beras secara rutin. "Berdasarkan komitmen dari Pak Presiden Prabowo, kami bersedia untuk mendukung negara-negara yang kurang memiliki stok beras, meskipun fokus utamanya adalah memperkuat ketersediaan pangan dalam negeri," jelas Arief.
Eks Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia mengkonfirmasi bahwa persediaan beras senilai 3,7 juta ton pada saat ini sudah cukup untuk memenuhi permintaan pemerintah, terutama mendekati paruh kedua tahun 2025. Persediaan tersebut didapatkan dari pengiriman stok di tahun 2024 yang berjumlah 1,8 juta ton serta tambahan hasil sisa produksi tahun 2025 yang diproyeksikan bisa mencapai sekitar 8 juta ton.
CBP disiapkan sebagai antisipasi berbagai kebutuhan pemerintah antara lain bantuan pangan dan intervensi pasar melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) . “Presiden Prabowo Subianto memang mengharuskan kita memiliki Cadangan Pangan Pemerintah sekitar 3,7 sampai 3,8 juta ton di akhir bulan ini, “ ujar eks Kepala Dewan Pengawas Perum Bulog ini.
Menurut Arief, pemerintah memiliki komitmen untuk memastikan kelangsungan produksi dalam negeri dengan menerapkan beberapa strategi. Salah satunya adalah menanami setidaknya satu juta hektar sawah tiap bulannya, meningkatkan sistem irigasi, serta mengoptimalkan produktivitas lewat pendekatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan keragaman hasil pertanian. "Setiap bulan kita harus dapat menanam sekurang-kurangnya satu juta hektare karena keperluan harian nasional berkisar antara dua hingga enam ratus ribu ton per hektar," terang Arief.
Terkait dengan harga, Arief menyebut bahwa pemerintah berencana untuk melakukan intervensi secara selektif jika ada kenaikan yang membuat beban bagi konsumen, namun juga memastikan bahwa harga di tingkat petani tidak jatuh dibawah angka Rp 6.500 per kilogram. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Kemiskinan telah mendelegasikan Perum Bulog untuk mendistribusikan beras dalam tahap-tahap dan dengan cermat, terlebih lagi selama bulan Juni-Juli saat trend harga dari para produsen sedang merosot.
Pihak berwenang pun mendidik para petani untuk memelihara mutu padi, terlebih bagi mereka yang bakal bergabung dalam program CBP. “Mutu pasca panen menetapkan seberapa berhasil simpanan beras pemerintah dapat disimpan dan dialirkan," katanya.
Post a Comment