PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta yang dikenal sebagai Bank DKI akan segera melakukan pencatatan saham perdananya tersebut. initial public offering Pencatatan saham perusahaan milik daerah (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Bank DKI Agus H. Widodo mengklaim bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampgreen terhadap langkah tersebut dan mendukung kelanjutan rencana IPO-nya.

“Iya betul. Untuk kapannya, nanti kami informasikan lebih lanjut,” kata Agus ketika dihubungi Masrizky.co.id, seperti dikutip Kamis (22/5).

Agus mengatakan bahwa perusahaan sedang menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk memuluskan jalannya proses IPO. Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung telah menetapkan batas waktu sehingga proses tersebut harus dilaksanakan dalam jangka pendek.

"Yang pasti saat ini sedang berproses untuk persiapan itu (IPO)," ujar Agus lagi.

Rencana IPO Bank DKI ini sudah beberapa kali diungkap Pramono kepada publik. Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin Bank DKI mempersiapkan IPO sebagai bagian dari upaya pembenahan Bank Milik Pemprov DKI Jakarta itu.

Pramono mengakui koordinasi dan konsultasi dengan OJK terus dilakukan untuk persiapan IPO. Pada Kamis (15/5) lalu Pemprov Jakarta sudah bertemu dan berdiskusi langsung dengan OJK dan Bank DKI. Rencana IPO juga sudah dibahas dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.

"Pihaknya menerima kunjungan dari OJK beserta Bank DKI, di antaranya membicarakan mengenai penghapusan lisensi OJK yang berhubungan dengan proses IPO Bank DKI," jelas Pramono satu hari usai bertemu dengan pihak OJK, pada Jumat minggu lalu.

Meskipun begitu, Pramono tidak memberi detail tentang diskusi itu dan menyebutkan bahwa masalah terkait rencana penawaran saham perdana akan dijelaskan langsung oleh Bank DKI dan OJK. Sebaliknya, dia mengaku masih ada beberapa tantangan yang perlu dituntaskan sebelumrencana IPO dapat dilaksanakan, termasuk hasil audit bermasalah di Bank DKI.

Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal di Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengungkapkan bahwa langkah corporatisasi seperti penawaran umum perdana saham (IPO) yang sedang dipersiapkan akan memiliki dampak positif pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut. Menurutnya, Bank DKI dapat mencapai kinerja sebanding dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB serta PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).

"Bila dikelola secara efektif dan berkelanjutan, menurut pendapatku, Bank DKI memiliki peluang sebanding dengan Bank BJB dan Bank Jatim," ujar Budi saat dihubungi. Masrizky.co.id , Rabu (21/5).

Pramono sebelumnya mengatakan bahwa proses IPO adalah salah satu langkah dalam usaha untuk memperbarui citra Bank DKI. Dia berharap agar bank yang dimiliki pemerintah daerah tersebut dapat melakukan perbaikan guna merebut kembali kepercayaan publik.

Pramono mengharapkan bahwa proses persiapan untuk IPO dapat selesai dengan cepat. "Sulit jika membutuhkan waktu satu setengah tahun, paling lama hanya enam bulan," kata Pramono seperti yang disampaikan secara resmi.

Kinerja Keuangan Bank DKI

Berdasarkan laporan keuangannya yang diumumkan, Bank DKI mencatat laba bersih sebesar Rp 215,34 miliar untuk kuartal pertama tahun 2025. Angka tersebut meningkat 14,9% dari nilai pada semester serupa tahun sebelumnya yaitu Rp 187,48 miliar.

Labanya meningkat berkat kenaikan pendapatan bunga bersih di Bank DKI sebesar 9,1% year-on-year hingga mencapaiRp 708,73 miliar. Terlihat pula peningkatan pada pendapatan bungan dari Rp 1,36 triliun menjadi Rp 1,41 triliun.

Pada saat yang sama, biaya bunga berkurang dari Rp 712 miliar menjadi Rp 710 miliar. Meskipun demikian, marjin bunga neto atau NIM (Net Interest Margin) sedikit menurun dari 4,05% hingga 4,01%.

Sebaliknya, beban pencadangan berkurang dari Rp 65,8 miliar menjadi Rp 38,3 miliar. Meskipun demikian, pengurangan tersebut terjadi ketika penyaluran kredit dan pembiayaan syariah perusahaan meningkat tipis sebesar 3,36% dalam tiga bulan awal tahun ini dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya, mencapai total Rp 52,23 triliun.

Rasio pinjaman bermasalah alias non-performing loan/NPL secara bruto meningkat dari 2,01% menjadi 2,74%, sementara itu NPL bersih naik dari 0,7% hingga mencapai 1,15%.

Total aset Bank DKI mengalami penurunan sebesar 4,8% mencapai Rp 78,39 triliun hingga tanggal 31 Maret 2025 dibandingkan dengan angka Rp 82,37 triliun diakhir Desember 2024. Di sisi lain, modal perusahaan meningkat menjadi Rp 11,59 triliun dariRp 11,35 triliun yang dicatat pada penghujung tahun 2024.

Rasio Kecukupan modal minimum (CAR) Bank DKI mencatatkan angka 27,63%, meningkat dibandingkan dengan 25,30% di periode setara tahun lalu. Angka Return on Equity (ROE) pun mengalami kenaikan menjadi 7,96% dari semula 7,23%, sementara itu Return on Asset (ROA) juga bertambah kecil hingga berada di posisi 1,41%.

Post a Comment

Previous Post Next Post