MasRizky.CO.ID - JAKARTA. Banyak konsumen menimbulkan masalah limbah telepon seluler yang berlebihan. Dengan demikian, lewat program erafone Jaga Bumi sukses menghimpun serta mendaur ulang lebih dari 1.900 perangkat elektronik tersebut.

Kampanye Erajaya Digital sejak awal tahun 2025 ini fokus pada manajemen sampah elektronik yang unik. (e-waste). Program itu menyediakan sarana pengumpulan. e-waste di Indonesia.

Kerumunan sampah elektronik yang dikumpulkan di berbagai lokasi drop box Erafone akan diolah kembali dengan metode yang berkelanjutan. Inisiatif Erafone Jaga Bumi ini menawarkan opsi yang aman untuk orang-orang yang ingin menghilangkan peralatan elektroniknya dari lingkungan mereka.

Kepala Grup HC, GA, Perundangan, dan CSR Erajaya Group, menurut klaim Jimmy Perangin-angin, dalam hal lingkungan, aktivitas ini sudah menciptakan dampak yang signifikan dengan penurunan emisi karbon sampai 467 kg CO2. Hal tersebut juga berarti penghematan energi sebanyak 854 kWh dan mengurangi permintaan akan area untuk Tempat Pembuangan Akhir. landfill sebesar 10 meter persegi.

" Ini membuktikan bahwa tindakan sederhana dari para pembeli, apabila didorong dengan tepat, dapat menciptakan dampak lingkungan yang besar dan terukur," ujar Jimmy seperti dikutipnya pada hari Kamis (12/6).

Di fase permulaan, jelas Jimmy, telah terdapat 10 orang peserta. drop box Di 10 lokasi EraFone di Jabodebek. Sepanjang tahun ini, EraFone berencana untuk menyediakan antara 25 hingga 50 cabang tambahan. drop box di enam wilayah kerjanya.

Berdasarkan data dari laporan Global E-waste Monitor tahun 2024, pertambahan limbah elektronik berlangsung jauh lebih pesat dengan laju naik hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan pencapaian dalam hal daur ulang. Menurut laporannya pula, total produksi sampah elektronik di seluruh dunia telah mencapai angka sekitar 62 miliar kilogram.

Dari total itu, baru sebesar 22,3% yang berhasil terkumpul dan diolah kembali dengan cara yang ramah lingkungan.

Di Indonesia, menurut data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), produksi e-waste Nasional sudah menyentuh angka 2,1 juta ton pada tahun 2023. Menurut proyeksi yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah limbah elektronik diperkirakan akan meningkat menjadi 4,4 juta ton pada tahun 2030.

Leader Andy Bahari dari World Cleanup Day Indonesia menyatakan bahwa sampah elektronik tersebar dimana-mana dan masih belum memiliki penyelesaian yang tepat. Dia berharap gerakan manajemen limbah elektronik yang digagas erafone dapat ditiru oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Menurutnya, langkah-langkah sederhana semacam ini amat dibutuhkan guna meningkatkan kesadaran publik tentang masalah sampah elektronik.

Founder Asah dan Co-founder Parongpong Gadis Prawewari menyebutkan bahwa hingga kini belum ditemukan penyelesaian untuk masalah limbah elektronik yang semakin bertambah. "Kita masih memerlukan pendidikan yang lebih mendalam bagi publik tentang cara mengolah sampah elektronik," jelas Gadis.

Post a Comment

Previous Post Next Post