
masrizky.biz.id Di era digital saat ini, ponsel bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga telah menjadi simbol kesibukan dan keterhubungan.
Tidak jarang kita melihat seseorang terus-menerus menatap layar ponselnya, bahkan saat sedang berada di tengah keramaian atau pertemuan sosial.
Namun, ada fenomena psikologis yang menarik di balik kebiasaan ini — yakni orang-orang yang sengaja mengecek ponsel mereka bukan karena kebutuhan nyata, melainkan untuk menciptakan kesan bahwa mereka sibuk atau penting.
Menurut psikologi, kebiasaan ini bisa mengungkap lebih banyak hal tentang kondisi emosional dan sosial seseorang daripada yang terlihat di permukaan.
Dilansir dari Geediting pada Jumat (16/5), terdapat 6 perilaku umum yang biasanya ditunjukkan oleh orang yang sering mengecek ponselnya agar terlihat sibuk:
1. Kecemasan Sosial yang Terselubung
Mengecek ponsel secara berulang dapat menjadi cara untuk menghindari interaksi sosial secara langsung.
Bagi individu dengan kecemasan sosial, berada di tengah-tengah banyak orang atau dalam situasi yang mengharuskan mereka berbicara bisa terasa menegangkan.
Dengan mengarahkan fokus pada telepon genggamnya, mereka membentuk "benteng sosial" untuk menghindari interaksi yang kurang menyenangkan.
Berdasarkan penelitian di Journal of Behavioral Addictions, tindakan tersebut umumnya tidak terdeteksi secara sadar dan berfungsi sebagai mekanisme adaptasi untuk menangani perasaan ketidakamanan.
2. Mau Dilihat Sebagai Orang yang Berarti dan Selalu Padat Waktu
Banyak individu memakai telepon genggam sebagai tanda prestise.
Ketika seseorang pura-pura asyik merespons pesan atau menyusun agenda dalam keadaan ramai, hal tersebut umumnya merupakan upaya tidak disadari untuk membuktikan bahwa mereka adalah individu penting atau memiliki peranan signifikan.
Di lingkungan profesional ataupun sosial, terlihat sibuk sering kali dipandang sebagai indikator keberhasilan atau keterlibatan seseorang.
Psikolog mengatakan hal itu sebagai sosial signaling -- jenis komunikasi non-verbal yang digunakan untuk memperlihatkan nilai diri pada orang di sekitar kita.
3. Kurangnya Kepercayaan Diriku Sendiri
Orang-orang yang selalu menggenggam ponsel demi tampak sibuk cenderung kurang memiliki kepercayaan diri ketika harus berdiri atau duduk tanpa melakukan apa-apa.
Mereka biasanya merasa 'kurang menarik' apabila dirasakan tidak aktif atau sedang sibuk dengan suatu kegiatan.
Kejadian ini menunjukkan bahwa individu tersebut kemungkinan besar merasa tak nyaman dengan diri mereka saat berada dalam suasana sunyi atau damai.
Ponsel berfungsi sebagai perangkat untuk mengisi kesendirian dan meringankan rasa tidak nyaman secara emosional.
4. Ketakutan Dicap sebagai tidak Relevant
Terdapat tekanan yang tak kelihatan di lingkungan modern bagi orang-orang agar selalu tampak up-to-date dan terkoneksi.
Beberapa orang yang suka seolah-olah memeriksa ponsel mungkin khawatir tertinggal dari perkembangan terkini, percakapan penting, atau bahkan cemas dipandang sebagai orang yang kurang pengetahuan.
Hal ini berhubungan dengan fenomena yang dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out) -- yaitu ketakutan seseorang bahwa mereka mungkin melewatkan pengalaman seru bersama orang lain tanpa ada diri kita di situ.
Untuk menghilangkan rasa cemas tersebut, beberapa individu tetap sibuk memainkan ponsel mereka seakan-akan mereka senantiasa termasuk dalam "obrolan yang mendesak".
5. Kebutuhan Akan Validasi Eksternal
Orang yang selalu berusaha tampak sibuk biasanya sangat menginginkan apresiasi dari sekitarnya.
Mereka menggunakan ponsel untuk menciptakan ilusi keterlibatan tinggi agar orang lain melihat mereka sebagai pribadi yang dihargai atau diinginkan.
Verifikasi seperti itu sangat dibutuhkan oleh mereka yang belum mengembangkan rasa percaya diri yang kuat.
Mereka merasa lebih baik tentang diri mereka saat ada asumsi bahwa mereka "penuh jadwal" atau “tak punya waktu luang”.
6. Menghindari Kehadiran Penuh (Disconnection from the Present)
Kebiasaan mengecek ponsel agar terlihat sibuk juga menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melarikan diri dari realitas saat ini.
Mereka mungkin sedang merasa bosan, canggung, atau tidak tertarik dengan lingkungan sekitar, sehingga memilih untuk bersembunyi di balik layar.
Psikologi menyebut ini sebagai bentuk dissociation ringan, yakni keinginan untuk keluar dari momen sekarang karena momen itu terasa tidak menyenangkan, membosankan, atau tidak memberi stimulasi.
Penutup: Kesibukan Tidak Selalu Menunjukkan Produktivitas
Penting untuk dipahami bahwa tidak semua orang yang mengecek ponselnya sedang pura-pura sibuk.
Namun jika hal ini dilakukan secara berlebihan dan disengaja untuk membangun kesan tertentu, bisa jadi itu adalah sinyal dari permasalahan psikologis yang lebih dalam — seperti rasa tidak aman, kecemasan sosial, atau kebutuhan tinggi akan penerimaan.
Daripada terus berusaha terlihat sibuk, akan lebih sehat jika seseorang belajar hadir sepenuhnya dalam momen, membangun kepercayaan diri tanpa perlu perangkat digital, dan membangun hubungan nyata yang lebih otentik.
Karena pada akhirnya, terlihat sibuk bukanlah ukuran dari keberhargaan diri, dan kesunyian yang nyaman bisa jadi jauh lebih menenangkan daripada layar yang terus menyala.
Post a Comment